kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.942.000   6.000   0,31%
  • USD/IDR 16.395   -20,00   -0,12%
  • IDX 6.907   -61,50   -0,88%
  • KOMPAS100 997   -14,27   -1,41%
  • LQ45 765   -9,88   -1,28%
  • ISSI 225   -2,18   -0,96%
  • IDX30 397   -4,54   -1,13%
  • IDXHIDIV20 466   -5,69   -1,21%
  • IDX80 112   -1,62   -1,42%
  • IDXV30 115   -1,15   -0,99%
  • IDXQ30 128   -1,29   -0,99%

Dorothea Steinbruch: Taipan tekstil dan baja terbesar di Amerika Latin (1)


Selasa, 21 Juni 2011 / 07:34 WIB
Dorothea Steinbruch: Taipan tekstil dan baja terbesar di Amerika Latin (1)
ILUSTRASI. Promo Starbucks 11-13 September 2020 menawarkan 2 paket kemasan 1 liter seharga Rp 129.900. REUTERS/ Lim Huey Teng.


Reporter: Mona Tobing | Editor: Catur Ari

Mewarisi bisnis baja sepeninggal sang suami menjadikan Dorothea Steinbruch sebagai orang terkaya di dunia pada urutan ke-173 versi majalah Forbes. Total kekayaannya tahun ini mencapai US$ 5,8 miliar. Di negara asalnya, Brasil, Dorothea menduduki peringkat orang terkaya kelima. Bersama ketiga anaknya, Dorothea memimpin bisnis baja dan tekstil terbesar di Negeri Samba. Keluarganya pun menjelma menjadi keluarga miliuner terkuat di negara itu.

Sebelum dikenal sebagai pemilik Companhia Siderurgica Nacional (CSN), Dorothea Steinburch lebih dulu merintis bisnis tekstil yang menjadi usaha keluarga. Ia membesarkan perusahaan tekstil Elizabeth Steinbruch.

Peran Dorothea di perusahaan itu terbilang dominan. Ia tak hanya memproduksi kain tenunan terbaik di Brasil, tapi juga menjadikan Elizabeth sebagai merek dagang. Bahkan, di bawah kepemimpinan Dorothea, pada 1990, Elizabeth terpilih menjadi perusahaan terbesar dan terbaik di Brasil dari majalah bisnis Exame.

Tak puas dengan pasar lokal, Dorothea pun mengincar pasar yang lebih luas lagi dengan menggandeng Sam Rabinovich, pendiri Vicunha. Ketika pertama kali melihat kain tenunan buatan Vicunha, Dorothea mengaku jatuh cinta dengan proses pembuatan kain tenun tersebut.

Kain Vicunha memperkenalkan proses pembuatan alami yang bercampur dengan serat sintetis khas Brasil. Selain proses pembuatan, Dorothea juga terkesan dengan cara pencelupan kain.

Pada tahun 1949, Dorothea menawarkan kerja sama kepada Rabinovich untuk memproduksi pakaian di bawah merek dagang Elizabeth. Kongsi ini berhasil membawa Elizabeth dan Vicunha sebagai perusahaan yang terkenal dalam produksi kain tenun dan nilon.

Ambisi Dorothea pun kian memuncak. Tak hanya ingin mendapatkan kain tenun, ia juga ingin menguasai Vicunha yang telah berkembang menjadi perusahan tekstil modern. Keluarga Rabinovich dan Steinbruch kemudian bergabung di tahun 1966 untuk membangun perusahaan merger pertama mereka: Brisbel Tekstil.

Dalam waktu setahun, Dorothea dan Rabinovich bahu-membahu mendirikan pabrik benang wol tradisional. Pabrik ini kemudian berkembang menjadi pabrik benang wol terbesar di Amerika Selatan. Tahun 1967, Dorothea mengakuisisi pabrik Brisbel dan bergabung di bawah kelompok Vicunha. Penggabungan ini juga membuatnya memiliki setengah saham di Vicuncha.

Selang 15 tahun kemudian, Dorothea tidak hanya membeli berbagai macam merek pakaian ternama di Brasil, ia juga menciptakan perusahaan pakaian bernama RV Tekstil. Setelah berhasil menguasai perusahaan tekstil di negaranya, ia kembali berekspansi dengan membeli sekuritas bernama Fibrasa. Aksi inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya Bank Banco Fibra SA.

Selepas kepergian sang suami akibat kecelakaan pesawat, Dorothea pun mewarisi bisnis baja suaminya. Wanita yang rajin mendatangi pergelaran fesyen kelas dunia ini tetap mengontrol bisnis pakaiannya. Buktinya, meski konsentrasinya terpecah karena posisinya sebagai chief executive di CSN, Dorothea mampu melipatgandakan keuntungan Vicunha Group menjadi R$ 63 juta pada tahun 2010 lalu.

Para ekonom Brasil menilai, strategi Dorothea sangat efektif memulihkan kas perusahaannya yang sempat merugi akibat kenaikan harga bahan bakar dunia. Tak hanya pulih, tapi juga meraih keuntungan. Sampai sekarang, ambisi Dorothea pun masih kuat. Ia meningkatkan kapasitas produksi dan modernisasi pabrik domestik seperti yang telah dilakukannya selama hampir 35 tahun berbisnis tekstil.

Tak tanggung-tanggung, ia rela merogoh kocek R$ 430 juta untuk tiga tahun ke depan buat modernisasi pabrik di Brasil Timur. Selain itu, Vicunha berencana bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat, Mato Grosso. Vicunha juga akan menandatangani kesepakatan dengan Protokol. Investasi ini diprediksi menelan biaya R$ 350 juta dengan perkiraan 8.000 orang pekerja.

(Bersambung)




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×