kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dua pangeran senior ditahan, apa yang terjadi dengan keluarga Kerajaan Saudi?


Minggu, 08 Maret 2020 / 11:02 WIB
Dua pangeran senior ditahan, apa yang terjadi dengan keluarga Kerajaan Saudi?
ILUSTRASI. Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman


Sumber: Al Jazeera | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - RIYADH. Arab Saudi telah menahan dua anggota senior keluarga kerajaan yakni Pangeran Ahmed bin Abdulaziz yang merupakan adik Raja Salman, dan Mohammed bin Nayef, keponakan raja.

The Wall Street Journal melaporkan penahanan kedua bangsawan pada Jumat (6/3) dan menyebut mereka ditahan terkait dugaan upaya kudeta. Bloomberg juga melaporkan mengutip sebuah sumber yang mengatakan penahanan itu lantaran dituduh "berkhianat".

Adik Mohammed bin Nayef, Pangeran Nawaf bin Nayef, juga telah ditahan, menurut laporan New York Times.

Baca Juga: Arab Saudi menahan dua pangeran senior, termasuk adik lelaki Raja Salman

Penahanan menandai tindakan keras terakhir Pangeran Mahkota Mohammed bin Salman, putra Raja Salman dan penguasa de facto kerajaan.

Pangeran Mohammed, juga dikenal sebagai MBS, telah mengonsolidasikan kekuasaan sejak menggantikan sepupunya, Mohammed bin Nayef, sebagai pewaris takhta pada tahun 2017. Kemudian pada tahun itu, ia menangkap puluhan bangsawan dan pebisnis, dalam apa yang disebut sebagai langkah melawan korupsi yang menguras kas negara.

Tetapi putra mahkota telah memicu kebencian di antara beberapa cabang terkemuka keluarga yang berkuasa dengan memperketat cengkeramannya pada kekuasaan. Beberapa keluarga juga mempertanyakan kemampuannya untuk memimpin Saudi menyusul pembunuhan jurnalis terkemuka Jamal Khashoggi oleh agen-agen Saudi pada tahun 2018 dan serangan besar pada infrastruktur minyak Saudi tahun lalu.

Sumber-sumber yang dikutip Reuters mengatakan, para bangsawan yang berusaha mengubah garis suksesi memandang Pangeran Ahmed, satu-satunya saudara lelaki Raja Salman yang masih hidup, sebagai pilihan yang mungkin akan mendapat dukungan dari anggota keluarga, aparat keamanan dan beberapa kekuatan Barat.

Pada akhir 2018, sebuah video muncul tentang Pangeran Ahmed menghadapi pengunjuk rasa di luar kediamannya di London dan Ahmed tampaknya mengkritik Raja Salman dan putra mahkota soal perang di Yaman.

"Jangan salahkan seluruh keluarga ... Yang bertanggung jawab adalah raja dan putra mahkotanya," katanya. "Di Yaman dan di tempat lain, harapan kami adalah bahwa perang berakhir hari ini sebelum besok."

Meskipun Pangeran Ahmed dengan cepat menarik kembali komentarnya dan bersikeras bahwa kata-katanya diambil di luar konteks, pesan dukungan dan janji kesetiaan mulai mengalir.

Pangeran Ahmed tidak menonjol sejak kembali ke Riyadh pada Oktober 2018 setelah dua setengah bulan di luar negeri.

Dia adalah satu dari hanya tiga orang di Dewan Kesetiaan, yang terdiri dari anggota senior keluarga Al Saud yang berkuasa, yang menentang Mohammed bin Salman menjadi putra mahkota pada Juni 2017, sumber sebelumnya mengatakan.

Gerakan Mohammed bin Nayef dilaporkan telah dibatasi dan dipantau sejak saat itu.

Orang dalam dan diplomat Barat Saudi mengatakan, keluarga itu tidak mungkin menentang MBS karena Raja Salman yang kini berusia 84 tahun itu masih hidup mengakui bahwa ia tidak mungkin berbalik melawan putra kesayangannya.

Raja telah mendelegasikan sebagian besar tanggung jawab pemerintahan kepada putranya tetapi masih memimpin rapat kabinet mingguan dan menerima pejabat asing.

Baca Juga: Episode baru intrik Istana Saudi, ini cerita penahanan tiga anggota kerajaan

Penahanan anggota keluarga senior Kerajaan Saudi ini terjadi pada saat ketegangan meningkat dengan Iran dan ketika Pangeran Mohammed melaksanakan reformasi sosial dan ekonomi yang ambisius, termasuk penawaran publik perdana oleh raksasa minyak Saudi Aramco di bursa domestik pada Desember 2019 lalu.

Arab Saudi juga merupakan ketua saat ini untuk ekonomi utama Kelompok 20 (G20).

MBS telah dipuji di rumah karena melonggarkan pembatasan sosial di kerajaan dan membuka ekonomi.

Baca Juga: Arab Saudi: Iran harus tanggungjawab atas wabah virus corona!

Namun dia menuai kecaman internasional atas perang yang menghancurkan di Yaman, pembunuhan Khashoggi di konsulat Istanbul di kerajaan dan penahanan aktivis hak-hak perempuan yang dilihat sebagai bagian dari tindakan keras terhadap perbedaan pendapat.

"Pangeran Mohammed berani - dia telah menggulingkan ancaman apa pun untuk kenaikannya, dan memenjarakan atau membunuh kritik terhadap rezimnya tanpa dampak apa pun," kata Becca Wasser, seorang analis kebijakan di RAND Corporation yang berbasis di AS seperti dilansir Al Jazeera.

"Ini adalah langkah lebih lanjut untuk menopang kekuatannya dan pesan kepada siapa pun jangan sampai melewatinya," imbuhnya.

Rami Khouri, seorang profesor jurnalisme di American University of Beirut mengatakan, is kudeta di balik penahanan ini sepertinya tidak mungkin, mengingat kontrol besar dan langsung yang dimiliki pangeran mahkota atas semua keamanan kerajaan.

"Ini adalah tanda kegelisahan putra mahkota dan orang-orang di sekitarnya yang memerintah Arab Saudi karena mereka mungkin berharap raja akan turun tahta atau meninggal segera. Mereka berharap mungkin ada semacam tantangan untuk suksesi," Kata Khouri.

Baca Juga: Arab Saudi mendiskon harga minyak gede-gedean, gagal sepakat dengan Rusia




TERBARU

[X]
×