Reporter: Rizki Caturini | Editor: Rizki Caturini
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Produsen minyak serpih, penyuling, dan perusahaan pipa Amerika Serikat (AS) berebut untuk mencari likuiditas serta dihadapkan dengan tekanan restrukturisasi utang. Industri ini tengah berjuang di bawah beban utang yang besar dan guncangan pasokan atau permintaan ganda dalam krisis terburuk yang dihadapi industri minyak.
Permintaan bahan bakar telah turun sekitar 30% di seluruh dunia karena pandemi virus corona. Krisis kesehatan ini juga memperburuk perang harga antara Rusia dan Arab Saudi sehingga pasokan minyak mentah membanjiri pasar. Industri ini telah berjuang untuk bisa memuaskan investor yang tidak puas dengan keuntungan yang lemah. Bahkan ketika AS menjadi produsen minyak terbesar di dunia dalam beberapa tahun terakhir.
Itu sebelum harga AS jatuh jauh ke wilayah negatif pada awal pekan ini, sebanyak US$ 38 per barel di zona merah. Penurunan tiba-tiba ini terjadi meskipun pengeluaran besar dan pengurangan produksi telah diumumkan oleh produsen minyak AS. Ini mencerminkan harga yang jauh di bawah level yang dimodelkan oleh perusahaan dan penasihat dalam skenario terburuk.
Baca Juga: Menlu AS bicara blak-blakan soal Iran, corona, harga minyak, hingga dana WHO
Sekitar setengah dari 60 produsen minyak independen AS teratas kemungkinan akan perlu meninjau opsi untuk mengamankan lebih banyak likuiditas, menurut pengacara energi di Haynes and Boone. "Gema dari jatuhnya harga ini akan terasa di seluruh industri dan oleh semua orang yang menyediakan layanan untuk industri," kata Buddy Clark, mitra HAynes and Boone seperti dikutip Reuters, Kamis (23/4).
Perusahaan yang menggunakan utang untuk mendanai akuisisi sebelum harga jatuh, seperti raksasa minyak Occidental Petroleum Corp, berusaha menenangkan pemegang saham dan menyimpan uang tunai sebanyak mungkin.
Sejumlah perusahaan minyak hulu yang investasinya didukung oleh ekuitas swasta berada dalam bahaya kebangkrutan, menurut beberapa dari lebih dari selusin sumber industri dan keuangan. Sementara bank-bank besar sedang bersiap untuk menjadi pemilik ladang minyak dan gas seiring terbukanya potensi penyitaan aset.
Seorang sumber bilang, satu perusahaan minyak hulu, Salt Creek Midstream, yang beroperasi di lembah Delaware di Texas, telah menyewa Jefferies Financial Group dan firma hukum Kirkland & Ellis untuk mendapatkan saran utang sebelum harga minyak jatuh.
Baca Juga: Minyak Brent rebound dari level terendah lebih dari 20 tahun, minyak WTI naik 20%
Lebih banyak produsen gas serpih diproyeksi akan mencari perlindungan kebangkrutan dalam beberapa minggu mendatang. Sebelumnya Whiting Petroleum telah mengumumkan langkah-langkah tersebut awal bulan ini. Banyak produsen kecil dan menengah, termasuk Chesapeake Energy Corp yang telah menyewa penasihat utang.
Menurut Fitch Ratings, perkiraan tingkat default pinjaman untuk tahun 2020 di antara perusahaan-perusahaan energi adalah 18%. Sementara hampir 20% dari semua obligasi korporasi energi diperdagangkan di bawah 70 sen dalam dollar AS, ini menunjukkan adanya kesulitan, menurut data dari MarketAxess.
Sementara Occidental berharap penjualan aset akan membantu mengurangi tumpukan utangnya, yang mencapai hampir US$ 39 miliar pada akhir 2019 setelah akuisisi besar-besaran Anadarko Petroleum tahun lalu. Sejak itu mereka memangkas biaya produksi dua kali dan memangkas dividen.