kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Duh, harga minyak mentah melonjak lebih dari 15% pasca serangan ke fasilitas Aramco


Senin, 16 September 2019 / 06:20 WIB
Duh, harga minyak mentah melonjak lebih dari 15% pasca serangan ke fasilitas Aramco
ILUSTRASI. Saudi Aramco


Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak mentah melonjak lebih dari 15% ke level tertinggi dalam hampir empat bulan terakhir di pembukaan perdagangan pada Minggu (16/9), setelah serangan terhadap fasilitas minyak Arab Saudi, Sabtu (15/9) yang membakar lebih dari 5% pasokan minyak global.

Mengutip Reuters, minyak berjangka Brent melonjak lebih dari 19% ke US$ 71,95 per barel pada pembukaan perdagangan Minggu (16/9) waktu New York. Sementara minyak Amerika Serikat (AS) naik lebih dari 15% ke US$ 63,34 per barel. Kedua harga ini merupakan yang tertinggi sejak Mei 2019 lalu.

Kenaikan harga ini juga setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan, ia mengotorisasi pelepasan minyak dari Cadangan Minyak Strategis AS (SPR) jika diperlukan dalam jumlah tertentu menyusul serangan terhadap fasilitas minyak Arab Saudi.

Baca Juga: Skema terburuk, harga minyak bisa ke US$ 100 per barel

Raksasa minyak Arab Saudi, Aramco menyatakan, serangan itu memangkas produksi sebesar 5,7 juta barel per hari, saat mereka sedang mencoba untuk mempersiapkan diri untuk perhelatan IPO yang disebut-sebut sebagai penjualan saham terbesar di dunia.

Aramco tidak memberikan batas waktu untuk memulai kembali produksi. Sebuah sumber yang dekat dengan masalah ini menyebutkan kepada Reuters, untuk kembali ke kapasitas produksi penuh bisa memakan waktu minggu, bukan hari.

Meski begitu, ekspor minyak Arab Saudi akan berlanjut seperti biasa pada pekan ini. Arab Saudi bakal memanfaatkan stok dari fasilitas penyimpanannya yang besar. Sumber dari industri menjelaskan tentang perkembangan tersebut kepada Reuters.




TERBARU

[X]
×