Sumber: Reuters | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - Battlespace adalah kata yang Menteri Pertahanan Mark Esper gunakan untuk menggambarkan tempat-tempat aksi protes di Amerika Serikat (AS). Ia memperkuat citra itu dengan tampil di Washington dalam kamuflase, Senin (1/6) malam.
Battlespace bisa berarti area udara, laut, dan darat yang menjadi medan peperangan.
Helikopter militer AS melakukan manuver unjuk kekuatan di Washington, Senin malam, di atas orang-orang yang memprotes pembunuhan George Floyd, pria kulit hitam tak bersenjata, di tangan seorang perwira polisi kulit putih di Minneapolis.
Baca Juga: Trump: Jika negara bagian gagal hentikan kerusuhan, tentara militer akan turun!
Ketika Presiden Donald Trump semakin beralih ke retorika militeristik saat terjadi pergolakan nasional, militer AS tampaknya memainkan peran pendukung.
Tapi, ini justru mengkhawatirkan para pejabat dan mantan petinggi AS yang melihat bahaya bagi institusi angkatan bersenjata negeri uak Sam, salah satu yang paling dihormati di Amerika.
"Amerika bukan medan pertempuran. Warga kita bukanlah musuh," kata Martin Dempsey, pensiunan jenderal bintang empat yang pernah menjabat Kepala Staf Gabungan, di Twitter, seperti dikutip Reuters.
Baca Juga: Rusuh pasca tewasnya George Floyd paling brutal setelah pembunuhan Martin Luther King
Kirim tentara ke Washington
Seorang pejabat militer saat ini berbicara dengan syarat anonim menyuarakan keprihatinan tentang kerusakan abadi yang akan datang dari menggunakan militer sebagai "alat politik".
"Presiden datang dan pergi. Tapi, seragam (militer) itu harus dipertahankan," ujar pejabat itu kepada Reuters.
Tapi, Kementerian Pertahanan alias Pentagon, Selasa (2/6), memindahkan sekitar 1.600 tentara ke wilayah Washington DC, setelah beberapa malam protes dengan kekerasan di Ibu Kota Amerika Serikat (AS).
Baca Juga: AS rusuh, Pentagon kirim 1.600 tentara denga status siaga tinggi ke Washington
"Elemen-elemen tugas aktif ditempatkan di pangkalan militer di Wilayah National Capitol tetapi tidak di Washington DC," kata juru bicara Pentagon Jonathan Rath Hoffman, Selasa (1/6), seperti dikutip Reuters.
Dia mengatakan, pasukan berada pada "status siaga tinggi" tetapi "tidak berpartisipasi dalam dukungan pertahanan untuk operasi otoritas sipil".