Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
Setelah penampilan debat yang buruk, Biden membatalkan pencalonannya kembali pada Juli 2024, memberi sedikit waktu bagi Kamala Harris untuk menyampaikan pesan kepada pemilih.
Trump berhasil meraih kemenangan di bulan November, bahkan di daerah-daerah pemilihan Demokrat tradisional, seperti kalangan muda dan Hispanik.
Pemilih mengabaikan hukuman pidananya dan peringatan Demokrat bahwa seorang kandidat yang menolak mengakui kekalahannya pada 2020 merupakan ancaman bagi demokrasi.
Baca Juga: Trump Kembali ke Gedung Putih, Tiongkok dan militernya Persiapkan Langkah Besar
Trump mengancam akan membersihkan pegawai federal dan meminta Departemen Kehakiman untuk melecehkan musuh politiknya. Ia juga mengungkapkan kemungkinan menolak untuk membelanjakan uang yang disediakan oleh Kongres, yang dapat memicu perselisihan konstitusional.
Meskipun Trump mendukung ekspansi wilayah seperti membeli Greenland dan mengklaim kendali atas Terusan Panama, yang berpotensi memperburuk ketegangan internasional, ia tetap memegang kendali besar atas politik AS.
Bahkan sebelum ia dilantik kembali pada Senin lalu, Trump telah berhasil mengubah politik Washington. Baik Partai Republik maupun Demokrat kini memiliki pendekatan yang lebih konfrontatif terhadap China dan skeptisisme terhadap perjanjian perdagangan bebas.
Baca Juga: Trump ke Gedung Putih, Penegakan Sanksi atas Minyak Iran Bisa Lebih Gahar
Usulan pemotongan program kesehatan dan pensiun yang dulu menjadi andalan Partai Republik kini hampir tidak terdengar lagi. Biden bahkan mempertahankan banyak tarif yang diterapkan Trump dan berusaha mengurangi ketergantungan AS pada semikonduktor buatan luar negeri.
Trump yang dulunya dianggap sebagai penyusup dalam politik AS kini telah mendefinisikan politik tersebut.
"Jelas bahwa sejak 2015 kita telah berada di era Trump," ujar Matthew Continetti, seorang peneliti di American Enterprise Institute, sebuah lembaga pemikir konservatif. "Ini belum berakhir."