Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Duta Besar AS untuk Indonesia Sung Y. Kim mengatakan, Amerika Serikat akan menghambat kemampuan Rusia untuk membiayai dan mengembangkan militernya, serta melemahkan kemampuan Rusia untuk bersaing dalam ekonomi global.
Dengan melancarkan serangan brutalnya terhadap rakyat Ukraina, dia mengungkapkan, Presiden Rusia Vladimir Putin juga melakukan serangan terhadap prinsip-prinsip yang menjunjung perdamaian dan demokrasi global.
"Namun, rakyat Ukraina sangat tangguh. Mereka telah menjalani demokrasi selama beberapa dekade, dan keberanian mereka menginspirasi dunia," kata Kim dalam pernyataan tertulis, Jumat (4/3), yang diterima Kontan.co.di.
Dia menegaskan, Amerika Serikat, bersama dengan para sekutu dan mitra di seluruh dunia, akan terus mendukung rakyat Ukraina dalam membela negara mereka.
Dengan memilih untuk membiayai perang dibanding berinvestasi untuk kebutuhan Rusia, menurut Kim, invasi Putin ke Ukraina akan menjadi kegagalan strategis bagi Kremlin dan merusak masa depan rakyat nergeri beruang merah.
Baca Juga: Putin Bersikeras, Operasi Militer Rusia di Ukraina Berjalan Sesuai Rencana
Ketika sejarah dalam era ini ditulis, hal itu akan menunjukkan, pilihan Putin untuk meluncurkan serangan yang tidak beralasan, tidak dibenarkan, serta terencana membuat dunia lebih bersatu, dan Rusia secara eksponensial lebih lemah.
"Hal ini tidak akan berakhir baik bagi Putin. Bersama-sama, Amerika Serikat dan para Sekutu serta mitra kami sedang mengambil tindakan untuk meminta pertanggungjawaban Rusia," ujar Kim.
Serangan ke Ukraina telah Putin rencana sejak lama
Sebagai hasil dari koordinasi sanksi global yang belum pernah terjadi sebelumnya, AS, Inggris, Uni Eropa, Jepang, dan Kanada telah menghapus beberapa bank Rusia dari sistem pesan SWIFT dan memberlakukan tindakan pembatasan pada Bank Sentral Rusia.
Presiden AS Joe Biden mengumumkan sanksi keuangan secara menyeluruh dan kontrol ekspor yang ketat yang akan merugikan ekonomi, sistem keuangan, dan akses Rusia ke teknologi mutakhir.
Setelah Putin memulai invasinya, mata uang rubel mencapai titik terlemahnya dalam sejarah, dan pasar saham Rusia jatuh. "Bersama dengan Inggris dan Uni Eropa, Amerika Serikat menjatuhkan sanksi kepada para perancang perang ini, termasuk Putin sendiri," ungkap Kim.
Baca Juga: Habis Bicara dengan Putin, Presiden Prancis: Yang Terburuk akan Terjadi di Ukraina