Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Para ekonom terbelah pendapat menjelang keputusan kebijakan moneter Otoritas Moneter Singapura (Monetary Authority of Singapore/MAS) yang dijadwalkan pada 30 Juli mendatang.
Hal ini terjadi setelah data menunjukkan ekonomi Singapura tumbuh lebih baik dari perkiraan, meski tekanan perlambatan global masih membayangi.
Dalam survei Reuters terhadap 12 analis, enam di antaranya memperkirakan MAS akan melonggarkan kebijakan moneter berbasis nilai tukar untuk mengantisipasi potensi kesenjangan output negatif.
Baca Juga: Ekspor Non-Migas Singapura Melonjak 13% pada Juni, Lampaui Perkiraan Pasar
Sementara enam analis lainnya memperkirakan tidak ada perubahan kebijakan.
Sejauh ini, MAS telah dua kali melonggarkan kebijakan pada Januari dan April 2025, menyusul kekhawatiran perlambatan akibat tarif AS. Sebelumnya, MAS terakhir mengetatkan kebijakan pada Oktober 2022.
Namun, data awal pemerintah menunjukkan ekonomi Singapura tumbuh 1,4% secara kuartalan pada kuartal II-2025, sehingga berhasil menghindari resesi teknikal.
Kinerja ini didorong oleh aktivitas ekonomi yang dipercepat (frontloading), meski sejumlah analis mewanti-wanti bahwa efek dari percepatan ini bisa menurun di paruh kedua tahun.
Berbeda dengan negara lain yang mengatur suku bunga, MAS mengelola kebijakan moneter melalui nilai tukar efektif nominal dolar Singapura (S$NEER) terhadap mata uang mitra dagang utama dalam sebuah band pergerakan nilai tukar yang tidak dipublikasikan.
Penyesuaian dilakukan melalui tiga alat: kemiringan (slope), titik tengah (mid-point), dan lebar band (width).
Baca Juga: Riza Chalid Disebut Tidak Ada di Singapura, Begini Langkah Kejagung
Ekonom Maybank memperkirakan, MAS akan menahan kebijakan saat ini, seiring membaiknya prospek pertumbuhan ekonomi. Mereka juga merevisi proyeksi PDB 2025 menjadi 3,2% dari sebelumnya 2,4%.
Analis OCBC, Christopher Wong, juga memprediksi MAS akan menahan kebijakan.
“Setelah dua kali pelonggaran berturut-turut di semester I-2025 melalui penurunan slope, jeda saat ini memberi waktu bagi otoritas untuk mengevaluasi dampak kebijakan sebelumnya dan menanti kepastian atas risiko tarif global,” ujarnya.
Sebaliknya, analis Barclays memperkirakan MAS akan kembali melandai slope S$NEER, mengingat efek negatif dari percepatan aktivitas yang bisa muncul di semester II.
“MAS tahu bahwa kejutan positif pada kuartal kedua tak selalu berkelanjutan. Frontloading saat ini berpotensi dibayar mahal dalam bentuk pelemahan pertumbuhan di paruh akhir 2025, sementara tekanan terhadap investasi akibat ketidakpastian global butuh waktu untuk muncul,” kata mereka.
Baca Juga: Ekonomi Singapura Tumbuh 4,3% di Kuartal II-2025, Data Awal Kementerian Perdagangan
Di tingkat global, sejumlah bank sentral juga mengambil pendekatan wait-and-see. The Fed diperkirakan tidak akan mengubah suku bunga pada pertemuan Juli ini, sementara Bank Sentral Eropa juga menahan suku bunga usai delapan kali pemangkasan berturut-turut.
Pemerintah Singapura pun telah memperingatkan bahwa pertumbuhan ekonomi kemungkinan melambat di semester II-2025.
Sebelumnya pada April, pemerintah memangkas proyeksi pertumbuhan PDB menjadi 0,0%–2,0% dari sebelumnya 1,0%–3,0%.