Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Handoyo .
Perang dagang selama 18 bulan pemerintah Trump dengan China sejak tahun lalu sudah memicu kekhawatiran resesi. Meskipun prospek ekonomi kian membaik dengan penandatanganan perjanjian Fase 1 bulan ini dengan Beijing, para ekonom tidak melihat akan adanya dorongan pada ekonomi.
Sebab, tarif AS tetap berlaku pada sebanyak US$ 360 miliar produk impor asal China, sekitar dua pertiga dari total. "Ekonomi jelas telah melambat, tetapi kami tidak mengarah ke resesi," ujar Ryan Sweet, Ekonom Senior di Moody's Analytics di West Chester, Pennsylvania.
"Perekonomian tengah mengalami peningkatan pada tahun 2019, tidak mengherankan kalau kita kembali pada peningkatan," terangnya.
Survei Ekonom Reuters juga menilai PDB sangat mungkin tumbuh pada tingkat tahunan 2,1% di kuartal IV 2019 lalu karena biaya pinjaman yang lebih rendah mendorong pembelian konsumtif. Semisal kredit kendaraan bermotor, rumah, termasuk pula pariwisata.
Baca Juga: Raja Salman tegaskan komitmen Arab Saudi atas masalah Palestina
Tagihan impor yang lebih kecil, dan lebih banyaknya anggaran belanja pemerintah juga terlihat sebagai upaya penjagaan pertumbuhan PDB agar sejalan dari kuartal III 2019.
Proyeksi ini dibuat sebelum hari Rabu lalu, ketika dirilisnya laporan-laporan baru yang memperluas informasi kinerja di sektor perdagangan termasuk tingkat defisit di bulan Desember 2019. Laporan itu juga menunjukkan adanya penurunan dari sisi persediaan barang grosir.