Reporter: Khomarul Hidayat | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Ekonomi Singapura kemungkinan lolos dari resesi teknis pada kuartal ketiga 2019. Bahkan ketika pertumbuhan ekonomi tetap lemah, terbebani perselisihan perdagangan yang berkepanjangan antara Amerika Serikat (AS) dan China.
Produk domestik bruto (PDB) Singapura tumbuh 1,5% dari kuartal sebelumnya, menurut perkiraan median dari 11 ekonom dalam jajak pendapat Reuters.
Baca Juga: China diisukan enggan bersepakat dengan Trump, yuan melemah melawan dollar AS
Itu akan menandai pemulihan dari penurunan 3,3% pada kuartal kedua 2019, kontraksi terbesar dalam hampir tujuh tahun. Tetapi analis mengatakan prospek ekonomi Singapura tetap lemah karena permintaan global menunjukkan tanda-tanda goyah.
"PDB kuartal ketiga diperkirakan akan tetap lemah dan menghindari resesi teknis," kata Lee Ju Ye, ekonom Maybank Kim Eng.
Menurutnya, manufaktur Singapura kemungkinan akan tetap dalam resesi, sementara sekrot jasa dan layanan akan didukung oleh sektor keuangan, layanan terkait pariwisata dan layanan bisnis," katanya.
Definisi teknis standar dari resesi ekonomi adalah dalam dua kuartal berturut-turut terjadi kontraksi ekonomi.
Baca Juga: Manfaatkan perang dagang, Indonesia satu-satunya yang kalah melawan negara Asia lain
Secara tahunan atau year on year, PDB kuartal ketiga 2019 Singapura diperkirakan tumbuh 0,3%. Ekonomi Singapura tumbuh 0,1% pada April-Juni 2019 dan menjadi pertumbuhan tahunan paling lambat sejak kuartal kedua 2009, ketika jatuh 1,2%.
Seperti negara Asia lain yang bergantung pada ekspor, Singapura telah terpukul keras oleh pelemahan permintaan global dan meningkatnya perang perdagangan China-AS, yang telah mengganggu rantai pasokan dunia. Pelambatan permintaan memukuk investasi bisnis dan keuntungan perusahaan.
Baca Juga: Indonesia sukses buat Singapura lakukan obral gudang logistik
Sektor manufaktur Singapura telah menderita terutama diterpa oleh ketegangan perdagangan dan penurunan siklus di sektor elektronik.
Ke-11 ekonom yang disurvei oleh Reuters mengusulkan otoritas moneter Singapura untuk melonggarkan kebijakan moneter pada pertemuan tengah tahunan pada 14 Oktober 2019, hari yang sama dengan PDB kuartal ketiga diumumkan.
Pemerintah Singapura juga diperkirakan akan menggelontorkan stimulus anggaran menjelang pemilihan tahun depan karena partai yang berkuasa berupaya menenangkan para pemilih yang merasakan kesulitan akibat kemerosotan ekonomi.
Baca Juga: Wow, industri internet Asia Tenggara bakal sentuh US$ 100 miliar tahun ini