kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45897,60   4,88   0.55%
  • EMAS1.365.000 -0,22%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekonomi Inggris Tumbuh Tipis di Q1 2023, Inflasi Masih Dua Digit


Jumat, 12 Mei 2023 / 16:29 WIB
Ekonomi Inggris Tumbuh Tipis di Q1 2023, Inflasi Masih Dua Digit
ILUSTRASI. Uang kertas poundsterling Inggris.


Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - LONDON. Ekonomi Inggris berhasil tumbuh pada kuartal pertama (Q1) tahun 2023. Meskipun demikian, tercatat ada sedikit penurunan di bulan Maret, menunjukkan bahwa potensi kerapuhan masih ada.

Dilansir dari Reuters, ekonomi Inggris tumbuh sebesar 0,1%. Pertumbuhan ini sedikit di luar dugaan karena Inggris memprediksi Q1 2023 akan menjadi bagian dari resesi panjang.

Sayangnya, ada penurunan 0,3% yang juga tidak terduga. Kondisi ini memperkuat kekhawatiran mengenai betapa rapuhnya ekonomi Inggris di masa pemulihan pasca pandemi ini.

Ekonom yang disurvei oleh Reuters sebagian besar memperkirakan pertumbuhan ekonomi Inggris pada kuartal pembuka ini hanya sebesar 0,1%. Di saat yang sama, mereka memperkirakan output akan tetap stabil di bulan terakhir kuartal tersebut.

Baca Juga: Ekonomi Filipina Melambat Menjadi 6,4% pada Kuartal I 2023

"Penurunan di bulan Maret didorong oleh penurunan yang meluas di seluruh sektor jasa," kata Darren Morgan dari Kantor Statistik Nasional Inggris.

Morgan menambahkan, penjualan mobil terbilang cukup rendah dalam standar historis. Kondisi ini memperpanjang tren yang terjadi sejak awal pandemi.

Di saat yang sama, sektor pergudangan, distribusi, dan ritel juga mengalami bulan yang buruk. Aksi industri yang meluas juga membebani aktivitas ekonomi di kuartal tersebut.

Terlepas dari pertumbuhan itu, perekonomian Inggris tetap 0,5% lebih kecil dari pada kuartal keempat tahun 2019, periode terakhir sebelum pandemi Covid-19 menyerang. Output di bulan Maret hanya 0,1% lebih tinggi dari pada Februari 2020, bulan pra-pandemi penuh terakhir.

Melihat fakta itu, Inggris mencatat rebound yang paling rendah di antara para negara maju.

Baca Juga: Penggunaan Yuan China Kian Meningkat Secara Global, Dedolarisasi Semakin Nyata?

Tom Stevenson, direktur investasi pribadi di Fidelity International, menilai inflasi yang masih dalam dua digit bisa membawa ekonomi Inggris melemah lebih dalam.

"Dengan sisi layanan utama ekonomi yang terus melambat dalam menghadapi biaya pinjaman yang lebih tinggi dan kenaikan harga, rasanya kita masih berjalan melalui treacle. Dengan inflasi yang masih dalam dua digit, rasanya sangat menyedihkan seperti stagflasi tahun 1970-an yang terulang kembali," kata Stevenson.

Bank of England pada hari Kamis (11/5) memperkirakan bahwa ekonomi Inggris akan tumbuh 0,25% pada tahun 2023 secara keseluruhan. Harapan yang cukup rendah, tapi peningkatan dari prediksi sebelumnya tentang kontraksi sebesar 0,5%.

Tingkat inflasi Inggris mencapai 10% pada bulan Maret, dua kali lipat tingkat di Amerika Serikat dan juga lebih tinggi dari zona euro. Inggris juga masih berjuang dengan pasar tenaga kerja yang ketat, serangkaian kenaikan suku bunga, dan hingga dampak Brexit.




TERBARU

[X]
×