Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - TOKYO. Ekonomi di Jepang saat ini tengah bersiap memasuki level terburuk. Setelah sebelumnya pertumbuhan ekonomi di Jepang pada kuartal I 2020 menyusut atau mengalami kontraksi penurunan PDB 0,6% dibandingkan kuartal sebelumnya.
Melansir artikel yang dimuat Reuters, Senin (8/6) kondisi pandemi Covid-19 memang memberikan pukulan keras pada bisnis dan kemampuan belanja konsumen di Jepang. Meski begitu, sektor perbankan sedikit membantu perekonomian ketika penyaluran kredit naik pada laju tahunan tercepat di bulan Mei 2020.
Baca Juga: Infeksi lebih dari 7 juta, ini 20 negara dengan kasus corona tertinggi
Hal ini menjadi penanda bahwa pelaku usaha tengah mencari pendanaan untuk dapat bertahan dari penjualan yang menurun akibat pandemi.
Sementara itu, pemangku kebijakan di Jepang saat ini juga sedang berjuang untuk mendorong perekonomian setelah sebelumnya fokus pada pencegahan sambil menghadapi gelombang kedua penyebaran virus corona.
Menteri Ekonomi Jepang Yasutoshi Nishimura mengatakan saat ini Jepang harus fokus untuk menggawangi sektor bisnis yang sedang goyah. Dia juga menyarankan bank sentral harus menghindari opsi penurunan suku bunga acuan yang lebih dalam bahkan ke level negatif.
"Kami belum pada tahap ingin merangsang konsumsi dan mendorong orang untuk bepergian. Upaya untuk merangsang konsumsi harus menunggu lebih lama," katanya.
Baca Juga: Kirim pesan ke India, China gelar operasi manuver yang melibatkan ribuan militer
Ekonomi terbesar ketiga dunia ini menyusut 2,2% tahunan pada Januari-Maret 2020. Lebih kecil dibandingkan proyeksi awal sebesar 3,4%, yang disebabkan oleh meningkatnya belanja modal. Meski berada di atas proyeksi kontraksi analis sebesar 2,1%.
Ekonom Senior di Oxford Economics, Stefan Angrick menyebut Jepang harus segera menyiapkan langkah pendorong ekonomi. Sebab, sebagian besar dampak pandemi virus corona baru akan dirasakan pada kuartal II 2020. "Prospek untuk tahun 2020 masih sangat menantang," katanya.
Serangkaian data terbaru seperti ekspor, output pabrik dan angka pekerjaan menyebut Jepang akan mengalami kemerosotan terburuk pasca perang pada kuartal II 2020.
Baca Juga: Membaca taktik perang China saat hubungan militer dengan India memanas
Meskipun keadaan darurat terangkat pada akhir Mei 2020, ekonomi diperkirakan hanya akan tumbuh stagnan di beberapa bulan ke depan.
Menanggapi hal ini, bank sentral Jepang menyebut akan meneliti dengan cermat mengenai suku bunga di pekan depan termasuk langkah yang diperlukan. Setelah sebelumnya dalam dua bulan terakhir Bank of Japan melonggarkan kebijakan moneter guna mengurangi tensi di sisi likuiditas.