Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - TOKYO. Ekspor Jepang terus meningkat selama empat bulan berturut-turut, menurut data yang dirilis pada Rabu (19/2), menunjukkan bahwa permintaan global yang kuat masih menopang pemulihan ekonomi negara tersebut.
Namun, muncul kekhawatiran terkait kebijakan tarif yang direncanakan oleh Amerika Serikat (AS).
Laporan perdagangan ini muncul setelah data Produk Domestik Bruto (PDB) awal pekan ini menunjukkan bahwa ekonomi Jepang tumbuh lebih cepat dari perkiraan pada kuartal Oktober-Desember.
Baca Juga: Bursa Asia Mayoritas Turun pada Rabu (19/2) Pagi, Meski Wall Street Menghijau
Hal ini semakin memperkuat alasan bagi bank sentral Jepang untuk terus menaikkan suku bunga.
Di sisi lain, Jepang tengah bersiap menghadapi potensi dampak dari ancaman tarif AS.
Presiden Donald Trump mempertimbangkan untuk memberlakukan bea masuk sekitar 25% pada mobil impor serta menerapkan tarif timbal balik terhadap negara-negara yang mengenakan pajak atas impor dari AS.
Total ekspor Jepang pada Januari naik 7,2% dibandingkan tahun sebelumnya, lebih rendah dari perkiraan pasar sebesar 7,9%, tetapi tetap menunjukkan kenaikan dari bulan Desember yang tercatat sebesar 2,8%.
Ekspor ke China pada Januari turun 6,2% secara tahunan (YoY) dan ekspor ke AS meningkat 8,1%.
Sementara itu, impor Jepang tumbuh 16,7% dibandingkan Januari tahun lalu, jauh di atas perkiraan pasar yang hanya 9,7%.
Akibatnya, Jepang mencatat defisit perdagangan sebesar 2,759 triliun yen (setara $18,16 miliar), lebih besar dari perkiraan defisit sebesar 2,1 triliun yen.
Baca Juga: Pasar Asia Bersiap Sambut Keputusan Suku Bunga dan Harga Rumah China Hari Ini (19/2)
Dampak Potensial Tarif AS terhadap Ekonomi Jepang
Kebijakan tarif Trump berpotensi memberikan dampak besar pada ekonomi Jepang yang bergantung pada ekspor, mengingat AS adalah tujuan ekspor terbesar Jepang.
AS menyumbang sekitar seperlima dari total ekspor Jepang, yang bernilai sekitar US$700 miliar.
Dalam hal tarif timbal balik, Jepang memang memiliki tarif rata-rata yang rendah dibandingkan negara lain.
Namun, hambatan non-tarif seperti regulasi keselamatan otomotif bisa menjadi sasaran peningkatan pengawasan dari AS.
Sektor otomotif sendiri merupakan produk ekspor terbesar Jepang ke AS, mencakup 28% dari total pengiriman.
Baca Juga: Trump Berencana Kenakan Tarif 25% pada Mobil untuk Mengubah Kebijakan Perdagangan AS
Pada pertemuan puncak pertama antara Trump dan Perdana Menteri Jepang, Shigeru Ishiba, di Gedung Putih bulan ini, Trump menekan Jepang untuk mengurangi surplus perdagangan tahunan sebesar US$68,5 miliar dengan AS.
Selain itu, Jepang menjadi investor asing terbesar di AS pada 2023, dengan total investasi langsung mencapai $783,3 miliar, diikuti oleh Kanada dan Jerman, menurut data Departemen Perdagangan AS.
Meskipun ekspor masih menjadi pendorong utama pemulihan ekonomi Jepang, beberapa analis memperingatkan bahwa inflasi yang terus-menerus, terutama pada makanan dan kebutuhan sehari-hari, dapat melemahkan momentum konsumsi domestik.