kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekspor negara Asia melambat pada Oktober, tapi tren pemulihan diprediksi berlanjut


Minggu, 01 November 2020 / 15:34 WIB
Ekspor negara Asia melambat pada Oktober, tapi tren pemulihan diprediksi berlanjut
ILUSTRASI. Ilustrasi ekspor China. REUTERS/Toby Melville/File Photo


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - SEOUL. Kinerja ekspor negara-negara di Asia diperkirakan masih akan terus melanjutkan pemulihan ke depan meskipun pada hasil bulan Oktober mengalami perlambatan. 

Kenaikan permintaan pengiriman harian ke luar negeri di Korea Selatan dan data indeks manager pembelian manufaktur China yang lebih baik dari dari proyeksi analis dinilai menjadi pertanda pemulihan ekonomi di kedua negara akan berlanjut. 

Meski begitu, kedua negara ini dihadapkan dengan tantangan peningkatan kasus Covid-19 di negara-negara mitra dagangnya belakangan ini. Kondisi itu beresiko mendorong penguncian kembali aktivitas ekonominya atau lockdown. 

Tingkat ekspor Korea Selatan merosot pada bulan Oktober karena adanya hari libur nasional yang membuat pengurangan hari kerja. Sementara pengiriman harian menunjukkan tren kenaikan dari permintaan luar negeri. 

Baca Juga: Ekspor Korea Selatan turun pada bulan Oktober

Berdasarkan data Kementerian Perdagangan Korea Selatan dilansir Bloomberg, ekspor turun 3,6% dibanding periode yang sama tahun lalu. Sebelumnya para ekonom memprediksi penurunannya hanya 3,5% dibanding bulan Oktober 2019 yang memiliki dua hari kerja lebih banyak. 

Ekspor ke China turun 5,7%, sedangkan ekspor ke Amerika Serikat (AS) naik 3,3%. Kementerian Perdagangan menyebut ekspor mobil, display dan semikonduktor meningkat. 

Peningkatan pengiriman harian ini menunjukkan momentum baru  dalam perdagangan global setelah banyak negara mulai membuka kembali aktivitas ekonominya. 

Namun, prospeknya tidak pasti karena melonjaknya kasus virus di Eropa yang memaksa Prancis dan Jerman untuk memberlakukan pembatasan yang keras, sementara beberapa negara bagian AS mengalami rekor wabah.

Ekonomi Korea Selatan bangkit dari resesi pada kuartal sebelumnya, didorong oleh rebound ekspor terkuat dalam beberapa dekade. Produk seperti semikonduktor dan komputer termasuk yang paling laris.

Pemulihan yang meluas di China menjadi pertanda baik bagi eksportir Korea Selatan dari Samsung Electronics ke  Hyundai Mobis China sebagai pembeli terbesar barang-barang Korea Selatan yang digunakan dalam perakitan produk yang dijual secara global.

Presiden Korea Selatan Moon Jae-in baru-baru ini mengatakan, pemerintah akan berusaha untuk menjaga momentum perdagangan tetap hidup dengan lebih banyak pengiriman barang medis, seperti masker dan alat tes di tengah melonjaknya kasus Covid-19 di negara mitra dagang.

Korea Selatan telah menjual lebih dari US$ 10 miliar produk terkait perawatan kesehatan untuk pertama kalinya tahun ini berkat ekspor alat uji yang meningkat pesat.  Total impor negara ini turun 5,8% dari tahun sebelumnya membuat negara ini mengalami surplus perdagangan US$ 6 miliar.

Meningkatnya ketegangan AS-China juga merupakan risiko utama perdagangan Korea Selatan. Eksportir berteknologi tinggi tertentu diharuskan menerima persetujuan AS untuk mengirim produk ke China jika dibuat dengan menggunakan teknologi Amerika.

Sementara data Biro Statistik Nasional China mencatatkan indeks manager pembelian manufaktur (PMI) China turun jadi 51,4 pada bulan Oktober dari 51,5% pada September. Namun, masih di atas ekspektasi analisi yang sebelumnya memperkirakan angkanya turun ke 51,3%.

Baca Juga: Pertumbuhan aktivitas pabrik China sedikit melambat di bulan Oktober

Zhou Maohua, Analis China Everbright Bank mengatakan, data itu menunjukkan bahwa pesanan ekspor baru pada Oktober masih tetap kuat. 

"Namun, penyebaran epidemi di luar negeri bisa meningkatkan ketidakpastian ekspor China selama beberapa bulan ke depan," tulis Zhao dalam risetnya dikutip Gulftoday, Minggu (1/11). 

Zhao bilang, beberapa perusahaan melaporkan bahwa kebangkitan epidemi di luar negeri telah memperpanjang periode pengadaan untuk impor bahan mentah dan meningkatkan biaya transportasi.

Sektor industri China terus bergerak ke level sebelum pandemi melumpuhkan sebagian besar ekonomi negera tersebut.  Permintaan yang tertunda, perluasan infrastruktur yang digerakkan stimulus, dan ekspor yang tangguh mendorong rebound sektor ini meskipun prospek permintaan global meredup lagi setelah negara-negara barat kembali melakukan lockdown setelah kasus covid-19 melonjak lagi. 

Dari data PMI menunjukkan bahwa keseluruhan pesanan baru perusahaan besar dan perusahaan pelat merah tetap stabil dengan indeks 52,8, tetapi indeks pesanan ekspor baru naik dari 50,8 menjadi 51. Sementara peruahaan yang lebih kecil masih terus berjuang. Indeks untuk perusahaan ini kontraksi menjadi 49,4 dari 50,1 pada bulan September.

Pada kuartal III, ekonomi china tumbuh lebih rendah dari perkiraan 4,9% secara year on year (yoy). Sepanjang tahun ini, ekonomi negara ini hanya akan tumbuh 2%, terlemah dalam tiga dekade terkahir namun masih lebih kuat dari ekonomi negara besar lainnya. 

Selanjutnya: PMI Manufaktur China bulan Oktober turun tipis ke 51,4




TERBARU
Kontan Academy
Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet Managing Customer Expectations and Dealing with Complaints

[X]
×