Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
MELBOURNE. Gelombang El Nino yang melanda dunia di sepanjang tahun lalu sudah berada di level tertingginya. Sejumlah peramal cuaca memprediksi, serangan El Nino akan melemah dalam beberapa bulan ke depan.
Menurut Biro Meteorologi Australia dalam situs resminya, kondisi cuaca akan kembali netral pada kuartal kedua. Bahkan ada kemungkinan muncul La Nina pada paruh kedua 2016.
La Nina merupakan angin dingin di ekuator Samudra Pasifik. Terkadang, La Nina dipertimbangkan sebagai lawan atau kebalikan dari El Nino.
Menurut National Oceanic and Atmospheric Administration, keduanya memang merupakan fase yang ekstrem dari siklus cuaca yang terjadi secara natural.
Berdasarkan dari 26 kejadian El Nino sejak 1.900, sekitar 50% di antaranya diikuti dengan tahun netral dengan 40 kejadian La Nina.
"Netral dan La Nina kemungkinan akan terjadi pada paruh kedua tahun ini," jelas Biro Meteorologi Australia. Kecil kemungkinan, El Nino akan terjadi.
El Nino yang terjadi saat ini digolongkan sebagai salah satu dari tiga El Nino terbesar sejak 1950 silam. Memanasnya wilayah ekuator di kawasan Pasifik turut mengubah cuaca di seluruh dunia.
Salah satu dampaknya, kekeringan melanda sejumlah wilayah di Asia. Sedangkan di Amerika bagian Selatan, tingkat curah hujan yang turun semakin tinggi.
Meski demikian, dampak positifnya adalah kenaikan produksi kelapa sawit di mana tingkat produksi CPO tahun lalu merupakan yang terbaik sejak 2010. Demikian pula halnya dengan produksi gula yang mencatatkan kenaikan pertama dalam lima tahun.
La Nina juga dapat mengacaukan sektor agrikultur karena perubahan cuaca. Sebagian besar wilayah pertanian di AS cenderung mengering selama terjadi La Nina.
Sedangkan sebagian wilayah Australia dan Indonesia akan lebih basah dibanding normal. Citigroup Inc mengatakan, transisi La Nina yang cukup kuat bisa menyebabkan tingginya tingkat volatilitas harga biji-bijian.