Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - YERUSALEM. Elon Musk akan bertemu dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Presiden Isaac Herzog di Israel pada hari Senin (27/11), kata TV Channel 12 pada hari Minggu (25/11).
Sebuah sumber Israel mengkonfirmasi kunjungan Musk, seorang miliarder pendiri Tesla dan SpaceX. Juru bicara Tesla dan X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter, tidak segera menanggapi permintaan komentar dari Reuters.
Kunjungan Musk bertepatan dengan gencatan senjata selama empat hari dalam perang Israel dengan militan Hamas Palestina di Gaza.
Baca Juga: Bandara Damaskus Menjadi Sasaran Serangan Udara Israel
Sebelumnya, Netanyahu bertemu dengan Musk di California pada tanggal 18 September. Dari pertemuan itu, Netanyahu mendesaknya untuk menyeimbangkan antara melindungi kebebasan berekspresi dan memerangi ujaran kebencian setelah berminggu-minggu kontroversi atas konten antisemit di X.
Musk merespons dengan mengatakan bahwa ia menentang antisemitisme dan menentang apa pun yang "mempromosikan kebencian dan konflik," mengulangi pernyataan sebelumnya bahwa X tidak akan mempromosikan ujaran kebencian.
Selama kunjungan tersebut, sebelum perang, sekitar 200 orang memprotes upaya pemerintah sayap kanan Netanyahu untuk mengekang kekuasaan pengadilan Israel.
Mereka berkumpul di luar pabrik Tesla di California, tempat pertemuan itu berlangsung.
Baca Juga: Tentara Israel Tembak 6 Warga Palestina di Tepi Barat
Kemudian pada 15 November, Musk setuju dengan sebuah unggahan di X yang secara keliru mengklaim bahwa orang-orang Yahudi mengobarkan kebencian terhadap orang kulit putih dan mengatakan bahwa pengguna yang merujuk pada teori konspirasi "Great Replacement" mengatakan "kebenaran yang sesungguhnya."
Gedung Putih mengutuk apa yang disebutnya sebagai "promosi kebencian antisemit dan rasis yang menjijikkan" yang "bertentangan dengan nilai-nilai inti kita sebagai orang Amerika."
Perusahaan-perusahaan besar AS termasuk Walt Disney, Warner Bros Discovery dan induk perusahaan NBCUniversal, Comcast, menghentikan iklan-iklan mereka di situs media sosialnya.
Teori konspirasi "Great Replacement" menyatakan bahwa orang-orang Yahudi dan kaum kiri merekayasa penggantian etnis dan budaya populasi kulit putih dengan imigran non-kulit putih yang akan mengarah pada "genosida kulit putih."
Baca Juga: Perselisihan Bantuan Selesai, Pembebasan Sandera di Gaza Kembali Dilakukan
Antisemitisme dan Islamofobia telah meningkat di Amerika Serikat dan di seluruh dunia, termasuk selama perang yang telah berlangsung selama tujuh minggu antara Israel dan Hamas.
Setelah pecahnya perang, insiden antisemitisme di Amerika Serikat meningkat hampir 400% dari periode tahun sebelumnya, menurut Anti-Defamation League, sebuah organisasi nirlaba yang memerangi antisemitisme.
Musk mengatakan bahwa X harus menjadi platform bagi orang-orang untuk memposting berbagai sudut pandang.
Tetapi perusahaan akan membatasi distribusi postingan tertentu yang mungkin melanggar kebijakannya, dengan menyebut pendekatannya sebagai "kebebasan berbicara, bukan menjangkau."
Musk sedang mengembangkan perusahaan rintisan kecerdasan buatan xAI dan Israel dianggap sebagai pemimpin dunia dalam bidang ini, berkat industri komputasi dan robotika yang sedang berkembang.
Baca Juga: UNICEF: Gaza Jadi Tempat Paling Berbahaya untuk Anak-Anak
Perekonomian Israel yang bernilai hampir US$500 miliar, yang sebelumnya berada di jalur pertumbuhan yang akan mencapai 3% tahun ini dengan tingkat pengangguran yang rendah, kini diperkirakan hanya akan tumbuh sekitar 2% dengan pertumbuhan yang lambat di tahun 2024 selama perang masih berlangsung.
Setelah jatuh 6% pada awal perang, nilai tukar shekel telah menguat 8% terhadap dolar dan sekarang berada pada level sebelum perang.
Dibantu terutama oleh para investor lokal, harga-harga saham juga telah pulih dari penurunan tajam bulan lalu.