Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, sumber energi terbarukan menghasilkan listrik lebih banyak dibandingkan batu bara secara global pada paruh pertama tahun 2025.
Pencapaian bersejarah ini didorong oleh pertumbuhan pesat energi surya dan angin di China dan India, menurut laporan lembaga think tank energi, Ember, yang dirilis Selasa (7/10).
Penurunan penggunaan batu bara, yang menghasilkan sekitar dua kali lipat emisi karbon dioksida dibandingkan gas alam, dianggap krusial oleh para ilmuwan untuk mencapai target iklim global.
Energi Surya dan Angin Lampaui Batu Bara
Dalam periode Januari hingga Juni 2025, energi terbarukan seperti angin dan surya menyuplai 5.072 terawatt jam (TWh) listrik di seluruh dunia. Angka itu melampaui total pembangkitan listrik dari batu bara yang mencapai 4.896 TWh, berdasarkan data Ember.
Baca Juga: Pemangkasan Energi Terbarukan Jepang Pecah Rekor, Nuklir Kian Dominan
“Kita mulai melihat tanda-tanda awal dari titik balik yang sangat penting,” ujar Małgorzata Wiatros-Motyka, analis senior kelistrikan di Ember. “Energi surya dan angin kini tumbuh cukup cepat untuk memenuhi peningkatan permintaan listrik global.”
Permintaan listrik dunia sendiri naik 2,6% atau sekitar 369 TWh dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kenaikan ini sepenuhnya terpenuhi oleh lonjakan pembangkitan dari energi surya (naik 306 TWh) dan angin (naik 97 TWh).
China dan India Jadi Pendorong Utama
Peralihan besar menuju energi bersih dipimpin oleh China dan India, dua negara dengan pertumbuhan ekonomi dan konsumsi energi terbesar di Asia.
China, sebagai konsumen listrik terbesar di dunia, berhasil menurunkan pembangkitan listrik dari bahan bakar fosil sebesar 2%, sementara pembangkitan dari tenaga surya melonjak 43% dan tenaga angin naik 16%.
Di India, kapasitas pembangkitan listrik dari tenaga surya meningkat 31% dan angin 29%, membantu menekan penggunaan batu bara dan gas sebesar 3,1% selama paruh pertama 2025.
AS dan Eropa Justru Naikkan Produksi Fosil
Berbeda dengan Asia, tren di Amerika Serikat dan Uni Eropa justru menunjukkan peningkatan ketergantungan pada energi fosil. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan permintaan listrik yang lebih kuat serta melemahnya produksi tenaga angin dan air.
Di AS, pembangkitan listrik dari batu bara melonjak 17%, sementara dari gas turun 3,9%. Sementara itu, di Eropa, pembangkitan listrik berbasis gas naik 14%, dan batu bara meningkat 1,1%, menurut laporan Ember.
Kebijakan Trump Dukung Batu Bara
Kebijakan energi di bawah Presiden Donald Trump juga berkontribusi pada lonjakan penggunaan batu bara di Amerika Serikat. Sebagai skeptis perubahan iklim, Trump pada awal tahun ini menandatangani serangkaian perintah eksekutif yang bertujuan mendorong produksi batu bara nasional.
Baca Juga: Investasi Energi Terbarukan Global Naik 10% Meski Trump Batalkan Proyek Hijau
Pada bulan lalu, ia juga kembali menegaskan dukungan terhadap pembangkit listrik tenaga batu bara sebagai bagian dari strategi “kemandirian energi” Amerika.
Momentum Penting Menuju Energi Bersih
Laporan Ember menandai titik balik penting dalam upaya global mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil.
Meski masih banyak tantangan, pertumbuhan pesat energi surya dan angin menunjukkan bahwa transisi menuju energi bersih dan berkelanjutan kini bukan sekadar wacana, melainkan kenyataan yang mulai terwujud di berbagai belahan dunia.