kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Eropa Ambil Langkah Melindungi Teknologi Sensitif dari China


Jumat, 06 Oktober 2023 / 00:30 WIB
Eropa Ambil Langkah Melindungi Teknologi Sensitif dari China


Sumber: DW.com | Editor: Syamsul Azhar

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Komisi Eropa telah menyusun daftar teknologi sensitif yang harus dicermati dengan cermat untuk melihat risiko yang dapat ditimbulkan teknologi tersebut jika jatuh ke tangan lawan. Menurut para analis, teknologi yang diawasi terutama berasal dari China, meski para pejabat Uni Eropa (UE) bersikeras tidak menargetkan negara tertentu.

"Teknologi saat ini menjadi jantung persaingan geopolitik," ujar Wakil Presiden Komisi Eropa Vera Jourova dalam konferensi pers di Kota Strasbourg, Prancis, Selasa (09/10). "Uni Eropa ingin menjadi pemain, bukan taman bermain. Dan untuk menjadi pemain, kita memerlukan posisi Uni Eropa yang bersatu, berdasarkan penilaian risiko bersama."

Kekacauan rantai pasokan yang disebabkan oleh pandemi corona dan krisis energi, serta perang Rusia di Ukraina, menjadikan Uni Eropa lebih waspada terhadap ketergantungan. Misalnya, ketergantungan terhadap gas alam dari Moskow dan kebutuhan akan mineral penting China, yang merupakan kunci bagi teknologi energi ramah lingkungan.

Karena itulah, pada tahun ini blok tersebut tengah mengembangkan strategi guna menjamin "keamanan ekonomi" mereka. Pendekatan ini juga mengikuti serangkaian langkah serupa yang diambil oleh Amerika Serikat, khususnya dalam pendekatan negara tersebut terhadap Beijing.

Baca Juga: Hubungan China dan Uni Eropa Tegang Soal Kendaraan Listrik

Meskipun lembaga eksekutif Uni Eropa bersusah payah untuk tidak mengecualikan atau menyebut kata China pada pengumuman di hari Selasa itu, pengumuman tersebut jelas sejalan dengan strategi yang lebih luas yaitu "mengurangi risiko" hubungan dengan Beijing dan negara-negara lain, seperti yang dianut oleh Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, kata para ahli kepada DW.

4 teknologi sensitif utama

Untuk saat ini, Komisi Eropa mengidentifikasi empat bidang teknologi sensitif utama yakni semikonduktor canggih, kecerdasan buatan, kuantum komputer, dan bioteknologi.

Langkah selanjutnya adalah berkonsultasi dengan negara-negara anggota UE dalam beberapa bulan mendatang untuk memutuskan tindakan yang akan diambil tahun depan. Ini bisa berarti pengendalian ekspor. Mungkin juga bukan.

Para pejabat UE yang memberi pengarahan kepada wartawan di Brussel dan tidak ingin disebutkan namanya, menekankan bahwa langkah ini pada akhirnya mungkin bukan tentang membatasi penjualan. Ini bisa juga berarti adanya peningkatan investasi di UE atau bahkan bermitra dengan negara yang berbeda untuk mengurangi ketergantungan.

Baca Juga: Sengketa di WTO Soal Subsidi Kendaraan Listrik, China Kritik Uni Eropa

Kenapa 4 teknologi itu dinilai sangat sensitif?

Cabang eksekutif UE memilih bidang-bidang yang dinilai berisiko berdasarkan tiga kriteria: kekuatan transformatifnya secara umum, yakni seberapa besar perubahan yang dapat dihasilkan, potensi untuk digunakan dalam bidang militer dan apakah teknologi ini dapat terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia.

Agathe Demarais, analis dari Dewan Hubungan Luar Negeri Eropa, mengatakan kepada DW bahwa sangat jelas bahwa kategori yang dipilih menargetkan adanya risiko dari China.

Pertama, "semikonduktor memiliki aplikasi ganda untuk keperluan sipil, iPhone, dan keperluan militer, misil," menurut Demarais.

"UE dan AS sangat berhati-hati dalam melakukan apa pun yang akan membantu China meningkatkan kemampuan militernya," kata Demarais, merujuk pada meningkatnya ketegangan antara Beijing dan pulau Taiwan.

Kedua, kekhawatiran UE terhadap teknologi kecerdasan buatan juga berkaitan dengan perlindungan kebebasan sipil, kata Demarais. China menggunakan pendeteksi wajah untuk melacak mereka yang pembangkang.

UE saat ini sedang dalam proses merundingkan undang-undang pertama di dunia yang mengatur AI, dan penggunaan pengenalan biometrik jarak jauh secara massal adalah salah satu topik perdebatan yang paling kontroversial.

Baca Juga: China Gigit Balik Uni Eropa Atas Penyelidikan di Industri Kendaraan Listrik

Ketiga, pengembangan komputer kuantum yang lebih cepat dan lebih kuat dibandingkan komputer biasa. Ini akan memiliki implikasi militer, ujar Demarais. Komputer kuantum kemungkinan dapat memecahkan metode enkripsi yang digunakan secara online untuk segala hal mulai dari pesan pribadi hingga perbankan. "Jika Anda memecahkan kode enkripsi, misalnya, komunikasi AS atau komunikasi militer, hal ini jelas mempunyai dampak yang besar," jelas Demarais.

Terakhir, bioteknologi digunakan secara luas dalam ilmu kedokteran namun juga menimbulkan kekhawatiran terhadap kebebasan sipil, kata Demarais. "Hal ini mempunyai implikasi yang sangat besar, misalnya jika China punya akses terhadap database DNA," ujarnya. Ada juga kekhawatiran mengenai pengembangan persenjataan yang menggunakan bioteknologi.

Tidak mudah mencapai konsensus di UE

Untuk mengambil tindakan nyata tampaknya masih terlalu jauh bagi UE. John Lee, direktur konsultan East West Futures, mengatakan kepada DW bahwa menurutnya target untuk menyelesaikan penilaian risiko bersama hingga akhir tahun sangatlah sangat ambisius.

Bagi Demarais dari ECFR, masalah besarnya adalah apakah negara-negara UE dapat sepakat mengenai betapa sulitnya untuk mencapai konsensus. Ia bahkan menilai bahwa cakupan daftar yang diterbitkan pada hari Selasa lebih sempit dari perkiraannya, dan tidak seluas inisiatif serupa di AS. Tahun lalu, Washington memberlakukan pembatasan ekspor semikonduktor canggih yang dapat digunakan untuk mendukung teknologi AI China.

"Wacana pengurangan risiko telah menciptakan perpecahan di antara negara-negara anggota UE. Khususnya, perekonomian Jerman jauh lebih rentan terhadap China dibandingkan perekonomian Eropa lainnya," kata Demarais.

"Ekspor barang dan jasa Jerman ke China menyumbang lebih dari 3% PDB Jerman - angka tertinggi di UE dan dua kali lipat dibandingkan di Perancis, Italia, dan Spanyol," kata Demarais.

Di Beijing, daftar baru ini kemungkinan akan dianggap sebagai tanda lebih lanjut dari upaya UE untuk menjauhkan diri dari China, kata Demarais. "Saya pikir mereka khawatir dengan konteks ketegangan yang lebih luas dengan negara-negara Barat, karena negara Barat adalah pasar ekspor utama (bagi China)."

Artikel ini telah tayang di DW.com dengan judul "Eropa Ambil Langkah Melindungi Teknologi Sensitif dari China", Klik untuk baca:  https://www.dw.com/id/eropa-ambil-langkah-melindungi-teknologi-sensitif-dari-cina/a-66991724?maca=ind-VAS_Ind_Kontan_News-35437-xml-media



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×