kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45891,58   -16,96   -1.87%
  • EMAS1.358.000 -0,37%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Eropa Patut Cemas, Muncul Risiko yang Tak Pernah Terjadi Sebelumnya Soal Pasokan Gas


Selasa, 04 Oktober 2022 / 06:39 WIB
Eropa Patut Cemas, Muncul Risiko yang Tak Pernah Terjadi Sebelumnya Soal Pasokan Gas
ILUSTRASI. Menurut IEA, Eropa menghadapi risiko yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap pasokan gas alamnya musim dingin ini. REUTERS/Hannah Mckay


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - LONDON. International Energy Agency (IEA) alias Badan Energi Internasional mengeluarkan peringatan muram soal Benua Biru. Menurut IEA, Eropa menghadapi risiko yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap pasokan gas alamnya musim dingin ini setelah Rusia memutus sebagian besar pengiriman melalui pipa. 

Melansir Market Watch, Eropa juga harus bersaing dengan Asia untuk mendapatkan gas cair yang sudah langka dan mahal yang datang dengan kapal.

IEA yang berbasis di Paris mengatakan dalam laporan gas triwulanan yang dirilis Senin (3/10/2022), negara-negara Uni Eropa perlu mengurangi penggunaan gas sebesar 13% selama musim dingin jika terjadi penghentian total dari Rusia di tengah perang di Ukraina. 

Sebagian besar pengurangan itu harus datang dari perilaku konsumen seperti menurunkan termostat sebesar 1 derajat dan menyesuaikan suhu boiler serta konservasi industri dan utilitas.

Uni Eropa pada hari Jumat setuju untuk mengamanatkan pengurangan konsumsi listrik setidaknya 5% selama jam sibuk.

Hanya sedikit gas Rusia yang masih mengalir melalui pipa melalui Ukraina ke Slovakia dan melintasi Laut Hitam melalui Turki ke Bulgaria. Dua rute lain, di bawah Laut Baltik ke Jerman dan melalui Belarusia dan Polandia, telah ditutup.

Baca Juga: Diambang Resesi, Prospek Perekonomian Global Makin Gelap

Bahaya lain dalam penelitian ini adalah akhir musim dingin yang akan sangat menantang, karena cadangan gas bawah tanah mengalir lebih lambat di akhir musim akibat lebih sedikit gas dan tekanan yang lebih rendah di tempat-tempat penyimpanan. 

Uni Eropa telah mengisi penyimpanan gas hingga 88%, lebih banyak dari target sebesar 80% sebelum musim dingin. IEA mengasumsikan 90% pasokan gas akan dibutuhkan dalam skenario cut off aliran gas dari Rusia.

Kondisi saat ini, pelaku bisnis di Eropa telah mengurangi penggunaan gas alam, kadang-kadang hanya menggunakannya untuk aktivitas padat energi seperti membuat baja dan pupuk. Sementara bisnis yang lebih kecil, seperti toko roti, merasakan penurunan biaya yang cukup besar.

Harga gas yang tinggi, yang digunakan untuk memanaskan rumah, menghasilkan listrik, dan sejumlah proses industri mendorong inflasi konsumen melonjak sebesar 10% di 19 negara anggota Uni Eropa yang menggunakan euro. Kondisi ini melemahkan begitu banyak daya beli konsumen yang diprediksi oleh para ekonom sehingga bisa memicu resesi di akhir tahun ini dan awal tahun depan.

Baca Juga: Dituding Jadi Dalang Kebocoran Pipa Gas Nord Stream, Kremlin: Itu Konspirasi Bodoh

Pemerintah dan utilitas Eropa telah menutupi sebagian besar kekurangan pasokan gas Rusia dengan membeli pasokan mahal gas alam cair, atau LNG, yang datang dengan kapal dari negara-negara seperti AS dan Qatar dan memperoleh peningkatan pasokan gas melalui pipa dari Norwegia dan Azerbaijan.

Tujuannya adalah untuk mencegah tingkat penyimpanan turun sejauh ini sehingga pemerintah harus menjatah gas untuk bisnis. 
IEA menjelaskan, penyimpanan gas Uni Eropa harus tetap di atas 33% untuk musim dingin agar kondisi tetap aman. Jika jumlahnya di bawah 33%, hal itu berisiko memicu kekurangan pasokan jika terjadi cuaca dingin yang datang terlambat.

Tingkat cadangan yang lebih rendah juga akan mempersulit Eropa untuk mengisi ulang penyimpanan musim panas mendatang. Sementara cadangan yang lebih tinggi dari konservasi akan membantu menurunkan harga gas yang kini sangat tinggi.

Para pemimpin Eropa mengatakan pengurangan gas Rusia adalah pemerasan energi yang ditujukan untuk menekan pemerintah atas dukungan mereka terhadap Ukraina dan sanksi terhadap Moskow.

Sementara itu, tingginya permintaan gas cair telah menaikkan harga dan memperketat pasokan sehingga negara-negara miskin di Asia tidak mampu membelinya. 

Bangladesh mengalami pemadaman listrik yang meluas, sementara Pakistan menghadapi pemadaman bergilir dan telah memberlakukan pengurangan jam kerja bagi toko dan pabrik untuk menghemat listrik.

“Persaingan antar kawasan dalam pengadaan LNG dapat menciptakan ketegangan lebih lanjut, karena kebutuhan tambahan Eropa akan memberi lebih banyak tekanan pada pembeli lain, terutama di Asia. Dan sebaliknya, musim dingin di Asia Timur Laut dapat membatasi akses Eropa terhadap LNG,” kata badan tersebut.

Baca Juga: Harga Gas Alam Kembali Naik, Ini Penyebabnya

Krisis gas di Eropa juga membuat negara-negara Asia kekurangan jumlah terminal regasifikasi terapung, yang diperkirakan akan memainkan peran utama dalam impor LNG di Asia Tenggara. Eropa telah mengamankan 12 kapal dan merencanakan sembilan lainnya.

Mengutip Reuters, IEA memperkirakan bahwa impor LNG Eropa akan meningkat lebih dari 60 miliar meter kubik (bcm) tahun ini, atau lebih dari dua kali lipat jumlah penambahan kapasitas ekspor LNG global.

Ini berarti impor LNG Asia dapat bertahan pada tingkat yang lebih rendah dari tahun lalu untuk sisa tahun 2022, karena harga gas yang tinggi di Eropa, menarik lebih banyak kargo.

Namun, impor LNG China dapat meningkat tahun depan di bawah serangkaian kontrak baru yang diselesaikan sejak awal 2021, sementara musim dingin yang lebih dingin dari rata-rata juga akan menghasilkan permintaan tambahan dari Asia timur laut, yang semakin menambah ketatnya pasar.




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×