kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,14   10,84   1.19%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Exxon, Chevron masih akan hadapi masa sulit


Sabtu, 01 Agustus 2015 / 10:31 WIB
Exxon, Chevron masih akan hadapi masa sulit


Sumber: Bloomberg | Editor: Sanny Cicilia

HOUSTON. Kinerja keuangan Exxon Mobil Corp dan Chevron Corp ikut tenggelam bersama harga minyak dunia. Kedua produsen energi terbesar di Amerika Serikat ini memilih tetap mengencangkan ikat pinggang sampai harga minyak dunia kembali pulih, yang diperkirakan memakan waktu lama. 

Exxon memutuskan memangkas separo anggaran pembelian sahamnya (buyback) menjadi US$ 500 juta setelah melaporkan laba kuartal II-2015 merosot 52% menjadi US$ 4,19 miliar dari periode yang sama setahun sebelumnya yaitu US$ 8,78 miliar.

Ini merupakan laba terendah Exxon sejak tahun 2009. Padahal, menurut laporan keuangannya, perusahaan telah mengurangi biaya di berbagai platform lepas pantai atau terminal ekspor, sampai 20% di periode tersebut.  

Laba Chevron malah merupakan yang terdalam sejak 12 tahun terakhir. Perusahaan migas terbesar kedua di AS ini mencatat laba US$ 5,71 juta, hanya 10% dibanding perolehan setahun sebelumnya yang sebesar US$ 5,67 miliar. 

Lini minyak dan gas yang menjadi penyumbang utama bisnis Chevron, mencatat rugi setelah perusahaan melakukan aksi writedown sebesar US$ 1,96 miliar dan membayar pajak US$ 670 juta, serta membatalkan banyak proyek lantaran tak sesuai harga keekonomian lagi.  

"Langkah writedown akan makin buruk sampai akhir tahun nanti. Keprihatinan utama adalah kita masih akan melihat pelemahan permintaan minyak di semester kedua tahun ini," kata Paul Sankey, analis energi di Wolfe Research LLC pada Bloomberg. 

Perusahaan asal Belanda Royal Dutch Shell juga sudah memutuskan memberhentikan 6.500 karyawan serta menjual kilang di Jepang setelah melaporkan laba kuartal II merosot 35%. 

Rex Tillerson, Chairman dan CEO Exxon pada April lalu sempat mengutarakan kepesimisan, bahwa harga minyak tidak akan pulih dalam waktu beberapa tahun mendatang. 

Tren penurunan harga minyak diperparah pasokan yang berlimpah di pasar. Analis EHS Energy memperkirakan, harga minyak akan tetap dalam tekanan sampai ada bukti bahwa pasokan berlimpah mulai berkurang. 

Sejatinya, Exxon dan Chevron berkontribusi atas jatuhnya harga minyak. Masing-masing masih mencatat kenaikan produksi 12% dan 1,7% di kuartal II. Exxon meningkatkan produksi di setiap kawasan operasinya kecualia Australia. Sedangkan produksi Chevron di Amerika terus tumbuh.   

Harga minyak Jumat (31/7) di pasar Nymex untuk pengiriman September ditutup merosot lagi ke harga US$ 47,12 per barel. Dalam setahun terakhir, harga minyak dunia sudah merosot 52%.


Berita Terkait



TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×