Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Rizki Caturini
KONTAN.CO.ID - Mark Zuckerberg CEO Facebook Inc terus memutar otak agar bisa melanjutkan bisnis sampai negeri China. Facebook secara anonim dikabarkan masuk ke China lewat peluncuran aplikasi berbagi foto bernama Colorful Balloons.
The New York Times melaporkan Facebook diam-diam masuk ke China dengan skema akuisisi perusahaan lokal Youge Internet Technology. Langkah ini dilakukan agar China tak mengendus masuknya Facebook ke negara tirai bambu tersebut.
Meluncur sejak Mei 2017, Facebook menolak untuk mengomentari hubungan antara Zuckerberg dengan Direktur Eksekutif Youge Zhang Jingmei. Zhang juga enggan menanggapi kabar tersebut.
"Ini bukan urusan bisnis belaka, ada unsur politik," kata Teng Bingsheng, Profesor Manajemen Strategis di Cheung Kong Graduate School of Business, seperti yang dilansir The New York Times, Jumat (11/8).
Pasar menilai peluncuran aplikasi secara diam-diam dan anonim di China menunjukkan ada rasa keputusasaan dan frustasi bagi perusahaan teknologi global masuk ke pasar online terbesar di dunia itu.
Apalagi, jalan Colorful Balloons masuk ke China juga tak mudah. Sebelum merilis Colorful Balloons, media sosial yang memiliki dua miliar pengguna ini telah melakukan serangkaian kunjungan ke negara tersebut.
Pendiri dan CEO Facebook ini membuat publikasi video menggunakan bahasa Mandarin, foto dirinya yang sedang berlari-lari kecil di Lapangan Tiananmen di Beijing.
Teng menambahkan, kontrol dan pengawasan pemerithan China terhadap media sangat ketat sehingga tidak mungkin mereka akan membuka pintu bagi media sosial asing.
Usaha Zuckerberg sering mengunjungi China dan mempraktikkan bahasa Mandarin tak akan menjadi obat untuk membuka hubungan.
Asal tahu saja, pemerintah China telah lama memblokir sejumlah media sosial asal Amerika Serikat. Sebut saja, Facebook, Twitter, YouTube, Instagram dan What's App sudah tak terakses di China.
China melarang operasional Facebook sejak bulan Juli tahun 2009. Sejak itu, Zuckerberg sebagai CEO Facebook terus berupaya menemukan cara untuk tetap berada di negara berpenduduk paling banyak di dunia.