Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengumumkan kasus pertama varian Omicron di Indonesia pada Kamis (16/12). Berikut ini fakta terbaru varian baru virus corona itu, berdasarkan data WHO.
Sebelum terdeteksi di Indonesia, Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO mengungkapkan, varian Omicroan sudah menyebar ke 77 negara.
“Dan kenyataannya, Omicron mungkin ada di sebagian besar negara, meskipun belum terdeteksi,” kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, Selasa (14/12), seperti dikutip Al Jazeera.
Berikut ini fakta terbaru varian Omicron yang pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan, mengacu data WHO:
Baca Juga: Menkes Sebut Kasus Omicron Pertama di Indonesia Tak Bergejala dan Telah Negatif
Penularan varian Omicron
WHO mengeluarkan peringatan, varian Omicron menyebar pada tingkat yang belum pernah terlihat sebelumnya. “Omicron menyebar dengan kecepatan yang belum pernah kita lihat dari varian sebelumnya,” ungkap Tedros.
"Berdasarkan bukti terbatas saat ini, Omicron tampaknya memiliki keunggulan pertumbuhan dibanding Delta," ungkap Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam Pembaruan Epidemiologis Mingguan tentang Covid-19 yang terbit Selasa (14/12).
"Ini menyebar lebih cepat dari varian Delta di Afrika Selatan, di mana sirkulasi Delta rendah. Tapi, tampaknya menyebar lebih cepat
dari varian Delta di negara-negara di mana insiden Delta tinggi, seperti di Inggris," sebut WHO.
Baca Juga: Peringatan WHO! Omicron menyebar lebih cepat dari varian sebelumnya
Gejala varian Omicron
Hingga Selasa (14/12), Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) melaporkan 43 kasus varian Omicron
"Gejala yang paling sering dilaporkan adalah batuk, kelelahan, dan hidung tersumbat atau pilek," sebut WHO dalam dalam Pembaruan Epidemiologis Mingguan tentang COVID-19 yang terbit Selasa (14/12) mengutip laporan CDC.
Sedang temuan awal Institut Kesehatan Masyarakat Norwegia (NIPH), dari 17 kasus varian Omicron dari sebuah pesta Natal, lebih dari 70% melaporkan gejala batuk, lesu, sakit kepala, sakit tenggorokan, dan lebih dari setengahnya mengalami demam.
Tapi, "Tidak ada yang dirawat di rumahsakit. Menurut NIPH, sebagian besar kasus berusia antara 30 dan 50 tahun dan divaksinasi dengan dua dosis vaksin mRNA antara Mei dan November 2021," ungkap WHO.
Hanya, Tedros menyayangkan beberapa orang menganggap enteng varian Omicron lantaran hanya menimbulkan gejala ringan.
“Bahkan jika Omicron memang menyebabkan penyakit yang tidak terlalu parah, jumlah kasus yang banyak sekali lagi bisa membanjiri sistem kesehatan yang tidak siap,” ujarnya.
Baca Juga: Pemerintah Siapkan Infrastruktur Kesehatan Menghadapi Varian Omicron