Sumber: South China Morning Post | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - MANILA. Filipina akan meminta bantuan Amerika Serikat (AS) jika China menyerang kapal Angkatan Lautnya di Laut China Selatan, Menteri Luar Negeri Teodoro Locsin Jnr mengatakan pada Rabu (23/9).
Komentar Locsin menandai pertama kalinya Pemerintahan Rodrigo Duterte secara terbuka menyatakan akan meminta bantuan AS, di tengah gejolak yang sedang berlangsung antara Filipina dan China di perairan yang disengketakan.
Locsin, yang hadir di acara bincang-bincang pagi saluran berita ANC, menyatakan, Filipina akan melanjutkan patroli udara di atas Laut Cina Selatan, meskipun ada seruan China untuk menghentikan apa yang mereka sebut sebagai "provokasi ilegal".
“Mereka bisa menyebutnya provokasi ilegal, Anda tidak bisa berubah pikiran. Mereka sudah kehilangan lewat putusan arbitrase," kata Locsin, merujuk pada keputusan pengadilan internasional pada 2016 yang menyatakan China telah melanggar kedautalan Filipina di Laut China Selatan.
Baca Juga: Kisruh Laut China Selatan, Duterte indikasikan Filipina merapat ke AS
"(Tetapi jika) terjadi sesuatu yang tidak dapat diserang tetapi sebenarnya merupakan serangan terhadap, katakanlah, kapal Angkatan Laut Filipina, (itu) berarti saya akan menghubungi Washington DC," tambahnya seperti dikutip China South Morning Post.
Tapi, Locsin menolak untuk menjelaskan secara spesifik permintaan bantuan kepada AS. Ia hanya bilang, "Saya tidak akan membahasnya karena inti dari teori pencegahan adalah ketidakpastian".
Yang terang, "Saya sangat tegas dalam melindungi apa yang menjadi milik kami, saya sangat tegas untuk tidak pernah bertekuk lutut ke China,” tegasnya.
Locsin awal bulan ini berbicara dengan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, setelah Washington menolak klaim China atas jalur perairan yang kaya sumber daya yang disengketakan, yang dilewati perdagangan senilai US$ 3 triliun.
Baca Juga: Laut China Selatan: Alarm bagi Taiwan, Indonesia siaga penuh
Pompeo mengatakan, AS akan mendukung negara-negara yang percaya China melanggar kedaulatan di Laut China Selatan.
Beijing sering mengandalkan Sembilan Garis Batas untuk mengklaim hak bersejarah atas Laut China Selatan, yang telah ditentang oleh Filipina, Malaysia, Vietnam, Taiwan, dan Brunei.
Sejak 1951, AS dan Filipina memiliki Perjanjian Pertahanan Bersama yang mengikat mereka untuk saling mendukung jika terjadi serangan.
Aaron Jed Rabena, peneliti di lembaga think tank kebijakan luar negeri Asia Pacific Pathways to Progress, mengatakan kepada China South Morning Post, Beijing "mungkin melihat pernyataan Locsin sebagai tanda keberlanjutan penyelarasan strategis antara Manila dan Washington".
Baca Juga: Prancis-Inggris-Jerman ramai-ramai menentang klaim China di Laut China Selatan
Menurut Rabena, ketika mengunjungi Filipina pada Maret 2019, Pompeo mengatakan, "jika China memulai serangan bersenjata terhadap angkatan bersenjata Filipina atau kapal atau pesawat publik mana pun di Laut China Selatan, Perjanjian Pertahanan Bersama akan diaktifkan".
Lauro Baja, Perwakilan Filipina di PBB, yang pernah dua kali menjabat sebagai Presiden Dewan Keamanan PBB, menyatakan, "Suka atau tidak, konfrontasi militer antara AS dan China akan melibatkan kami, dan Filipina tidak akan punya pilihan selain berpihak pada AS".