kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Filipina terima peralatan militer US$ 29 juta dari AS, termasuk senapan sniper


Selasa, 08 Desember 2020 / 21:09 WIB
Filipina terima peralatan militer US$ 29 juta dari AS, termasuk senapan sniper
ILUSTRASI. Tentara Filipina berjalan melewati sebuah masjid sebelum serangan mereka atas pemberontak kelompok Maute, yang telah mengambil alih sebagian besar Kota Marawi, Filipina Selatan, 25 Mei 2017.


Sumber: Reuters | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - MANILA. Filipina menerima peralatan militer senilai US$ 29 juta dari Amerika Serikat (AS), sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan kemampuan pertahanan eksternal dan kontraterorisme negara itu.

Peralatan itu, termasuk senapan sniper dan perlengkapan alat peledak anti-improvisasi, diserahkan selama kunjungan oleh Pejabat Sementara Menteri Pertahanan AS Christopher Miller ke Filipina pada Selasa (8/12).

"Modernisasi AFP (Angkatan Bersenjata Filipina) pada akhirnya akan memungkinkan kami untuk merespons lebih efektif terhadap ancaman keamanan tradisional dan non-tradisional terhadap negara kami," kata Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana, seperti dikutip Reuters.

Filipina sejauh ini merupakan penerima bantuan militer AS terbesar di kawasan Indo-Pasifik, setelah menerima pesawat, kapal, kendaraan lapis baja, dan senjata ringan senilai total US$ 685 juta sejak 2015, menurut Kedutaan Besar AS di Manila.

Baca Juga: AS beri bantuan rudal ke militer Filipina untuk perangi militan pro-ISIS

Kunjungan Miller hanya beberapa minggu setelah Penasihat Keamanan Nasional AS Robert O'Brien mengunjungi Manila untuk mengirimkan rudal berpemandu presisi senilai US$ 18 juta.

Tahun lalu, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo meyakinkan Filipina bahwa Amerika Serikat akan membela jika diserang di Laut China Selatan.

AS dan China telah berselisih mengenai masalah dari teknologi dan hak asasi manusia hingga militerisasi maritim China, dengan masing-masing menuduh satu sama lain melakukan perilaku provokatif yang disengaja.

Klaim China atas 90% Laut China Selatan mencakup wilayah yang diklaim oleh Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan Vietnam. Pengadilan internasional pada 2016 memutuskan bahwa klaim ekspansif China, berdasarkan peta historisnya, tidak sejalan dengan hukum internasional.

Selanjutnya: AS dukung Filipina lindungi kedaulatan di Laut China Selatan, China bisa marah




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×