kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Gagal akuisisi, Tiffany & Co gugat LVMH


Jumat, 11 September 2020 / 17:08 WIB
Gagal akuisisi, Tiffany & Co gugat LVMH
ILUSTRASI. The logo Tiffany & Co.


Reporter: Ferrika Sari | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - DELAWARE. Tiffany & Co menggugat LVMH karena membatalkan akuisisi senilai US$ 16 miliar. LVMH  juga akan menuntut balik perusahaan perhiasan tersebut karena melanggar kesepakatan terbaru dan keduanya akan berakhir di pengadilan. 

Mengutip berita Bloomberg pada Jumat (11/9), terdapat delapan gugatan berskala besar termasuk kasus Tiffany & Co yang sedang menunggu keputusan di pengadilan Delaware, Amerika Serikat (AS). 

Kondisi pandemi corona telah menambah daftar panjang masalah sengketa. Biasanya, fokus sengketa karena pembeli keluar dari kesepakatan transaksi. Banyak pihak yang berpekara mengatakan, pengajuan gugatan di masa pandemi telah memenuhi syarat. 

Tuntutan hukum di pengadilan Delaware mencapai US$ 30 miliar dan gugatan Tiffany dan LVMH menjadi yang terbesar tahun ini. Secara keseluruhan, kesepakatan untuk perusahaan AS senilai US$ 94 miliar telah dihentikan tahun ini. 

Baca Juga: Rencana akuisisi LVMH terhadap Tiffany & Co diujung tanduk

Sengketa akibat pembatalan kesepakatan juga diajukan ke pengadilan lain. Misalnya saja,  Simon Property Group Inc. dan Taubman Centres Inc. mengajukan gugatan di pengadilan Michigan karena Simon membatalkan akusisi senilai US$ 3,6 miliar.

Namun jarang sekali pengadilan memaksa perusahaan untuk melanjutkan kesepakatan. Salah satunya pada 2001, ketika hakim pengadilan Kanselir Delaware Leo Strine Jr. memutuskan bahwa IBP Inc. tidak menyembunyikan informasi keuangan dan Tyson Foods Inc. harus menyelesaikan akuisisi US$ 4,7 miliar dengan harga yang disepakati.

Dalam kasus lain, seorang hakim kanselir pada tahun 2017 melarang Cigna Corp. membatalkan merger senilai US$ 48 miliar dengan Anthem Inc. Meskipun Departemen Kehakiman AS kemudian memblokir kesepakatan itu dengan alasan tidak dipercaya dan kedua belah pihak kembali ke pengadilan Delaware untuk memperebutkan biaya penghentian.

Meskipun mereka tidak menang, penggugat dalam kasus seperti itu dapat memanfaatkan beberapa pengaruh dalam menegosiasikan penyelesaian atau hasil yang lebih baik. Beberapa analis dan investor berharap Tiffany dapat mencapai kesepakatan baru dengan LVMH.

Kesepakatan Tiffany dan LVMH memiliki 65% peluang rampung menurut survei yang dapat mendukung klaim Tiffany.  Sebelumnya, pengadilan mengizinkan produsen obat generik Fresenius Se pada 2018 untuk membatalkan akuisisi US$ 4,3 miliar dari pesaingnya Akorn Inc. 

Kasus tersebut adalah yang pertama di mana hakim Delaware dengan jelas menemukan bahwa kemerosotan bisnis memenuhi syarat hukum sebagai yang disebut kondisi yang merugikan secara material. 

Kemerosotan itu terkait dengan upaya Akorn untuk menutupi masalah operasional dengan harapan menyelesaikan kesepakatan. Sekarang pandemi corona telah menjadi biang kerok banyak aksi merger gagal tahun ini. 

Baca Juga: Louis Vuitton bakal buka cafe di Osaka

Berikut kesepakatan yang gagal dan berakhir di pengadilan Delware. Mulai dari kesepekatan akusisi Dajia dan Mirae Global senilai US$ 5,8 miliar. Dalam kasus menunggu keputusan hakim setelah persidangan, Dajia dari China berupaya untuk menghentikan Mirae untuk tidak meninggalkan pembelian hotel mewah karena dugaan penipuan. 

The We Company dan SoftBank Group dengan nilai kesepakatan US$ 3 miliar. SoftBank dituntut untuk menyelesaikan pembelian saham  setelah menyebut WeWork tidak memenuhi persyaratan untuk transaksi tersebut.

Selanjutnya: Louis Vuitton mulai produksi ratusan ribu masker wajah bagi perawat kesehatan




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×