kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.896.000   -8.000   -0,42%
  • USD/IDR 16.779   21,00   0,13%
  • IDX 6.369   106,29   1,70%
  • KOMPAS100 923   27,30   3,05%
  • LQ45 724   17,33   2,45%
  • ISSI 198   4,51   2,33%
  • IDX30 378   6,29   1,69%
  • IDXHIDIV20 458   7,62   1,69%
  • IDX80 105   3,28   3,22%
  • IDXV30 111   4,56   4,28%
  • IDXQ30 124   1,83   1,50%

Gelar MBA Kini Tak Lagi Mentereng, Sama-Sama Susah Cari Kerja


Sabtu, 08 Maret 2025 / 06:30 WIB
Gelar MBA Kini Tak Lagi Mentereng, Sama-Sama Susah Cari Kerja
ILUSTRASI. Harvard University


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Dina Hutauruk

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jangan kira fenomena sarjana pengangguran hanya terjadi di Indonesia. Kondisi yang jauh lebih menyedihkan sedang terjadi di Amerika Serikat (AS). 

Di Negeri Paman Sam tersebut, para lulusan pascasarjana di bidang manajemen bisnis alias para penyandang gelar Master of Business Administration (MBA) semakin sulit mendapatkan pekerjaan. Bahkan, kesulitan tersebut dialami para lulusan MBA sekolah bisnis ternama. 

Laporan Bloomberg, yang menganalisa tujuh kampus dengan program MBA terbaik di AS, mendapati bahwa penempatan kerja lulusan MBA pada tahun 2024 mengalami penurunan signifikan dibanding tahun 2021.

Ketujuh kampus tersebut adalah Harvard Business School, Columbia Business School, MIT Sloan School of Management, Kellogg School of Management di Northwestern University, Stanford Graduate School of Business, Booth School of Business di University of Chicago, dan Wharton School of Business di University of Pennsylvania.

Sebagai contoh, di Harvard Business School, jumlah lulusan MBA yang belum mendapatkan tawaran pekerjaan tiga bulan setelah kelulusan melonjak hampir empat kali lipat, dari sebanyak 4% pada tahun 2021 menjadi 15% pada tahun 2024. 

Baca Juga: Di Luar Ekspektasi, Klaim Pengangguran AS Turun Pada Pekan Lalu

MIT Sloan School of Management mencatat angka yang hampir sama, dengan kenaikan dari 4,1% pada 2021 menjadi 15% pada 2024.

Beberapa faktor menjadi penyebab utama turunnya tingkat penempatan kerja bagi lulusan MBA. Menurut laporan Bloomberg, perubahan pola rekrutmen di industri utama, seperti keuangan, konsultasi dan teknologi, menjadi salah satu faktor utama.

Perusahaan konsultasi besar seperti McKinsey, yang biasanya menjadi salah satu pemberi kerja terbesar bagi lulusan MBA, telah mengurangi jumlah rekrutmen mereka. Di University of Chicago Booth School of Business, jumlah lulusan MBA yang direkrut McKinsey turun drastis dari 71 orang pada 2023 jadi hanya 33 orang pada 2024.

Sektor teknologi juga mengalami perubahan. Perusahaan seperti Google, Microsoft dan Amazon mengurangi perekrutan lulusan MBA karena mereka mulai lebih fokus pada investasi di akal imitasi (AI) dan otomatisasi. 

Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) yang terjadi di perusahaan teknologi besar seperti Meta, Microsoft dan Google juga menunjukkan perusahaan-perusahaan ini tengah melakukan efisiensi biaya. Perusahaan memilih mengalokasikan dana untuk pengembangan teknologi, bukan untuk merekrut lebih banyak lulusan MBA.

Baca Juga: Pertumbuhan Lapangan Kerja AS Meningkat di Februari, Tingkat Pengangguran Naik 4,1%

Gaji awal rata-rata lulusan MBA di AS tetap stabil di US$ 120.000 pada 2024. Tapi semakin banyak lulusan yang harus bersaing ketat mencari pekerjaan. 

Lulusan MBA tidak lagi hanya bersaing dengan sesama lulusan dari sekolah bisnis ternama, tetapi juga dengan para profesional yang sudah punya pengalaman kerja serta individu yang memiliki keterampilan teknis yang lebih relevan dengan tren industri saat ini, seperti analisis data dan AI.

Kristen Fitzpatrick, Kepala Pengembangan Karier Harvard Business School, mengungkapkan lulusan MBA kini tidak lagi kebal terhadap tantangan di pasar kerja. "Punya gelar MBA dari Harvard saja tak lantas menjamin mendapat pekerjaan dengan mudah," ujarnya.

Dengan kondisi pasar kerja yang semakin sulit, kini muncul pertanyaan tentang apakah gelar MBA masih memiliki nilai yang sama seperti sebelumnya. Biaya kuliah MBA sekolah bisnis terbaik bisa lebih dari US$ 250.000. Sehingga calon mahasiswa kini harus mempertimbangkan apakah biaya investasi ini akan memberikan keuntungan yang setimpal.        



TERBARU

[X]
×