Reporter: Ferrika Sari | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan manufaktur mobil asal Vietnam VinFast bakal menjadi produsen lokal pertama yang akan memproduksi serta memasarkan mobil nasional. VinFast telah merancang desain mobil pertamanya dan direncakan bakal rilis Agustus 2019.
Shaun Calvert, wakil presiden bidang manufaktur di VinFast Trading and Production LLC bercerita kepada Reuters, terkait pembangunan pabrik yang akan digunakan sebagai tempat produksi mobil tersebut. Pabrik baru ini berada di pelabuhan Haiphong, Vietnam Utara.
Merujuk data Asosiasi Produsen Mobil Vietnam (VAMA), menyebutkan bahwa sejak awal berdiri pabrik VinFast memiliki kapasitas produksi hingga 250.000 mobil per tahun. Dengan pembangunan pabrik baru tersebut maka kapasitas produksi akan setara 92% dari total mobil yang di jual ke Vietnam tahun lalu.
Induk perusahaan Vingroup telah mengalokasikan modal kerja sebesar US$ 3,5 miliar demi merealisasikan produksi mobil milik VinFast.
“Kami mendorong ekpansi ke pasar domestik lebih cepat, sehingga kami benar-benar fokus untuk memenangkan bisnis di sini lebih dulu,” kata CEO Jim Deluca, yang dikutip dari Reuters, Senin (1/10).
Menjelang pekan Pariw Motor Show pekan ini, VinFast bakal segera merilis pasar ekspor pertamanya yang akan dibidik, baik itu ke negara ASEAN maupun lainnya. Kebanyakan mobil yang dijual di Vietanam adalah merek asing yang dirakit di negara Vietnam.
Namun, dengan adanya perjanjian perdagangan bebas telah memangkas bea masuk dan membuka pasar. Salah satunya, pembatalan aturan pajak impor mobil sebesar 30% di tahun ini. Awalnya pajak ini dibebankan kepada negara-negara yang tergabung dalam organisasi ASEAN.
Vingroup sendiri adalah perusahaan besar yang mempunyai beragam lini bisnis, dari Vishomes yang mengurusi bisnis real estat, Vinmec yang menjalankan bisnis alat kesehatan, Vinamar untuk jaringan supermarket serta Vinpearl yang menyediakan tempat pariwisata bagi turis.
“Kemungkinan ada 4 juta pelanggan hari ini yang terkait dengan bisnis Vinggrup antara perusahaan satu dengan lainnya. Mereka adalah perusahaan besar, dan pelanggan perusahaan siap mendukung produk baru ViFast,” kata Deluca.
Hanoi identik sebagai kota yang ramai dengan sepeda motor di jalan-jalan, membuat VinFast berminat memproduksi 250.000 skuter listrik per tahun, di samping memproduksi 250.000 mobil. Suatu target ambisius yang pada akhirnya bisa meningkatkan 1 juta unit setiap tahun.
VinFast juga telah mulai mengembangkan kendaraan listrik bertenaga baterai, dengan menggunakan teknologi rekayasa EDAG dari Jerman. Kendaraan ini akan diperkenalkan pada tahun depan.
Dua mobil pertama VinFast, yaitu SUV dan sedan kecil, sedang dibangun dengan menggunakan kerangka dari BMW. Komponen telah direkayasa oleh perusahaan Magna Internasional Magna Steyr, sementara pekerjaan desain telah dilakukan oleh rumah desain Italia Pinifarina.
“Ini memberi kami kemampuan untuk bergerak sangat cepat dan mengeluarkan kendaraan 100% milik kami. Sepertinya tidak ada kendaraan lain yang ada di jalan hari ini,” kata Deluca.
Perusahaan juga mengimpor tenaga asing. Setidaknya ada lima orang yang direkrut dari pimpinan tim VinFast, termasuk Deluca dan Calvert yang merupakan mantan karyawan General Motors Co (GM).
Pada bulan Juni, perusahaan raksasa otomotif Amerika Serikat setuju untuk mengalihkan kepemilikan penuh pabriknya di Hanoi kepada ViFast agar perusahaan Vietnam memproduksi mobil-mobil kecil di bawah lisensi global GM di tahun 2019.
Meskipun VinFast telah menjadi perusahaan yang berpengalaman, tetapi fokus mengerjakan industri otomotif yang kompetitif bukanlah tanpa risiko. Ada beberapa perusahaan perakitan mobil lokal yang mengalami kegagalan untuk menjual mobil buatannya sendiri ke publik Vietnam.
Secara regional, perusahaan seperti Proton Malaysia atau Holden Australia telah berjuang untuk menarik konsumen di luar negara asal mereka. “Pertanyaan kuncinya adalah mengapa dunia membutuhkan merek mobil lain di era ketika perangkat keras telah menjadi komoditis,” kata Bill Russo, Kepala Konsultan Automobility Ltd yang berbasis di Shanghai.
“Fakta bahwa mereka telah mengalihkan desain dan manufaktur dan bergantung pada R & D luar negeri memberi tahu saya bahwa mereka mengikut jalur tradisional yang mungkin tidak kompetitif di era layanan mobilitas digital,” kata dia.
Bui Ngoc Huyen, ketua Vinaxuki, telah berjuang mendirikan pabrik mobil lokal tetapi berhenti berproduksi pada tahun 2012 sebelum mobil pertamanya secara resmi diluncurkan. Ia mengatakan modal finansial yang dimiliki Vingroup akan membantu bisnis ini tapi membangun merek dagang memakan waktu lama.
Ini akan memakan waktu beberapa tahun bagi produsen mobil baru untuk menyempurnakan produknya dan memenangkan kepercayaan konsumen. Ini akan membutuhkan waktu antara 10 hingga 20 tahun. Deluca mengatakan model awal VinFast akan sangat terjangkau untuk memikat pembeli lokal, tetapi mereka menolak memberikan rincian harganya.