Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - Periode gencatan senjata antara Israel dan Hamas di Gaza akhirnya resmi diperpanjang selama dua hari. Pada waktu tambahan ini, Hamas diharapkan bisa membebaskan lebih banyak sandera.
Pada hari Senin (27/11), Qatar sebagai mediator berharap perpanjangan ini bisa menambah angka sandera yang dibebaskan Hamas menjadi lebih dari 69 orang yang tercatat sejak Jumat pekan lalu
"Sebuah kesepakatan telah dicapai untuk memperpanjang jeda kemanusiaan selama dua hari tambahan di Jalur Gaza," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Qatar di akun X resminya, dikutip Reuters.
Sejak gencatan senjata dimulai pada hari Jumat, setiap harinya Hamas dan militer Israel membebaskan tahanan dari kubu lawan.
Baca Juga: Biden Berharap Perpanjangan Gencatan Senjata Israel-Hamas
Hingga hari Senin, Hamas telah membebaskan total 69 orang, termasuk warga Israel dan non-Israel. Hamas juga memastikan telah menerima daftar 33 warga Palestina yang akan dibebaskan dari penjara Israel sebagai imbalannya. Jumlah itu termasuk tiga tahanan perempuan dan 30 anak di bawah umur.
Berdasarkan kesepakatan awal, Hamas harus membebaskan total 50 wanita dan anak-anak Israel yang disandera di Gaza. Pihak Israel mengatakan jumlah sandera yang masih ditahan di Gaza pada hari Senin adalah 184 orang.
Kesepakatan terbaru tidak merinci berapa banyak sandera yang akan dibebaskan selama perpanjangan waktu. Namun, kepala Layanan Informasi Negara Mesir, Diaa Rashwan, mengatakan 20 sandera Israel dan 60 tahanan Palestina akan dibebaskan.
Baca Juga: Gencatan Senjata Israel-Hamas Memasuki Hari Terakhir, Berpotensi Diperpanjang
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, menyambut baik adanya perpanjangan waktu gencatan senjata ini. Guterres melihat situasi ini sebagai secercah harapan menuju kondisi kemanusiaan yang semakin baik di Gaza.
"Saya sangat berharap bahwa hal ini akan memungkinkan kita untuk meningkatkan lebih banyak lagi bantuan kemanusiaan kepada masyarakat di Gaza," kata Guterres.
Sejak konflik bersenjata skala besar pecah pada 7 Oktober lalu, lebih dari 15.000 warga sipil Palestina telah terbunuh. Di kubu Israel, sekitar 1.200 orang juga kehilangan nyawanya.