Sumber: Bloomberg | Editor: Rizki Caturini
TOKYO. Pukulan keras terhadap perekonomian Jepang ternyata lebih dahsyat dari estimasi para analis setelah mengalami bencana gempa dan tsunami pada 11 Maret 2011 silam. Perekonomian ambruk setelah banyak kegiatan produksi di pabrik-pabrik terhenti.
Produksi pabrik di bulan Maret 2011 turun 15,3% dari produksi di bulan sebelumnya. Konsumsi masyarakat pun melemah 8,5% dari tahun lalu. Sementara itu, penjualan ritel pun mencapai level terendahnya dalam 13 tahun terakhir.
Ditambah lagi, penurunan proyeksi utang Jepang oleh Standard&Poor membuat kepercayaan publik terhadap langkah pemerintah menerbitkan obligasi untuk menambah likuiditas makin merosot. Hal ini tentu saja membuat langkah pemerintah untuk mengatasi krisis kian terjal.
Hari ini, Bank of Japan rencananya akan mengumumkan secara detail tentang program pinjaman darurat untuk perbankan di daerah timur laut sebagai langkah untuk membeli obligasi pemerintah.
"Merosotnya produksi dan ekspor akan melemahkan daya serap konsumen dan ini akan menciptakan lebih banyak diskusi untuk menambah stimulus," ujar Masayuki Kichikawa kepala Ekonom Bank of America-Merrill Lynch di Tokyo.