Sumber: South China Morning Post | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Meramaikan pameran senjata IDEX 2021 pekan lalu, perusahaan asal China Huaqing Innovation memamerkan drone militer berukuran super mungil.
Dronr militer buatan China itu didesain untuk menjadi rival drone Black Hornet Nano yang digunakan oleh Amerika Serikat (AS).
Dilansir dari South China Morning Post, drone mungil tersebut memiliki nama Fengniao, atau berarti Hummingbird (burung kolibri). Drone mungil ini mempunyai panjang hanya 17 cm dan bobot cuma 35 gram.
Huaqing Innovation merupakan perusahaan milik pribadi yang berbasis di Shenzhen. Dalam pameran, mereka menjelaskan, Fengniao dapat mengirimkan gambar definisi tinggi atau rekaman real time pada jarak lebih dari 2 km.
Fengniao jadi satu dari ribuan produk militer unggulan yang dipamerkan dalam ajang International Defence Exhibition and Conference (IDEX) 2021 yang diadakan di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, pekan lalu.
Baca Juga: Angkatan Laut Singapura umumkan kehadiran kapal tak berawak terbaru
Keunggulan drone mikro Fengniao
Jika dibandingkan, Fengniao 18 gram lebih berat dari Black Hornet Nano yang memiliki panjang 10 cm. Black Hornet Nano dibuat oleh Prox Dynamics Norwegia dan digunakan militer AS sejak 2012.
Meskipun begitu, Fengniao dapat mengirimkan gambar dari jarak 400 meter lebih jauh. Keduanya memiliki waktu operasi yang kurang lebih sama, yakni sekitar 25 menit.
Keunggulan lain dari Fengniao adalah baterainya bisa diganti setelah penerbangan usai, tidak seperti Black Hornet yang harus menunggu untuk diisi ulang.
Fengniao juga memiliki kombinasi kamera yang memungkinkan gambar panorama diambil pada ketinggian yang relatif tinggi. Juga, ada dukungan kamera termal untuk penglihatan malam hari.
Baca Juga: China siapkan latihan militer sebulan penuh di Laut China Selatan
Fitur unggulan lain yang melekat pada Fengniao termasuk sensor laser di empat sisi untuk membantunya mendeteksi dan menghindari rintangan.
Laser tersebut juga mendukung tautan data jaringan, yang berarti dapat digunakan sebagai bagian dari armada hingga 16 drone dalam sebuah misi.
Dengan sistem itu, drone Fengniao dapat dikendalikan melalui smartphone dengan aplikasi khusus. Ini juga memberikan keunggulan signifikan dari Black Hornet yang cenderung lebih kuno.
Huaqing Innovation sebagai pengembang mengatakan drone mikro ini dapat digunakan di berbagai bidang, seperti pengawasan dan patroli keamanan publik, serta memeriksa tempat-tempat berbahaya semacam gudang kimia dan jaringan pipa yang sulit dijangkau.
Setelah hadir di IDEX pekan lalu, Huaqing mengatakan, Fengniao telah menarik minat dari negara-negara Timur Tengah. Sejauh ini, Timur Tengah memang menjadi pasar utama untuk produk kendaraan udara tak berawak (UAV) buatan China.
Drone pengintai serta drone serbu berukuran besar, seperti seri Caihong dan Wing Loong, banyak digunakan di wilayah tersebut.