CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.322.000   -29.000   -1,23%
  • USD/IDR 16.754   -11,00   -0,07%
  • IDX 8.362   -54,96   -0,65%
  • KOMPAS100 1.159   -6,94   -0,60%
  • LQ45 844   -6,42   -0,76%
  • ISSI 292   -2,09   -0,71%
  • IDX30 440   -4,44   -1,00%
  • IDXHIDIV20 511   -3,54   -0,69%
  • IDX80 130   -1,04   -0,79%
  • IDXV30 135   -1,25   -0,92%
  • IDXQ30 141   -0,73   -0,52%

Harga Emas Masih Bisa Naik? Goldman Prediksi Si Kuning Melonjak ke US$ 4.900


Rabu, 19 November 2025 / 06:58 WIB
Harga Emas Masih Bisa Naik? Goldman Prediksi Si Kuning Melonjak ke US$ 4.900
ILUSTRASI. Setelah melonjak ke rekor tertinggi mendekati US$ 4.400 per troy ounce pada Oktober, harga emas turun ke bawah US$ 4.000 di akhir bulan tersebut. REUTERS/Ajay Verma/File Photo/File Photo


Sumber: The Street | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - Harga emas telah mengalami koreksi beberapa waktu belakangan ini. Kondisi tersebut memunculkan pertanyaan apakah reli impresif komoditas tersebut sepanjang tahun ini mulai memasuki fase akhir.

Mengutip The Street, setelah melonjak ke rekor tertinggi mendekati US$ 4.400 per troy ounce pada Oktober, harga emas turun ke bawah US$ 4.000 di akhir bulan tersebut. Sejak itu, harganya bergerak fluktuatif di kisaran US$ 3.900–US$ 4.205, sebelum ditutup di level US$ 4.054 pada 17 November.

Pergerakan ini membuat investor bertanya-tanya: apakah ini saatnya “buy the dip” atau justru ambil untung sebelum koreksi berlanjut?

Kinerja tahunan emas sejak 2020:

  • 2025: +53,9%
  • 2024: +27,2%
  • 2023: +13,1%
  • 2022: -0,23%
  • 2021: -3,5%
  • 2020: +24,4%

(Sumber: MacroTrends)

Pembeli momentum tampaknya menahan harga di bawah level US$ 4.000, meski emas masih turun 7,4% dalam sebulan terakhir. Namun, Goldman Sachs kembali mengulas proyeksi harga emas untuk 2026 dan menyoroti satu katalis utama yang diperkirakan menentukan arah berikutnya.

Baca Juga: Harga Emas Melanjutkan Pelemahan, Terbebani Penguatan Dolar AS

Emas Melonjak di 2025: Yield Turun, Dolar Melemah

Ekonomi AS menunjukkan kinerja cukup kuat berdasarkan pertumbuhan PDB. Namun, sejumlah gangguan mulai muncul—pengangguran meningkat dan inflasi kembali memanas—yang memaksa Federal Reserve pada posisi sulit.

Pasar tenaga kerja menciptakan lebih sedikit lapangan kerja dibanding 2024. PHK meningkat, dan tingkat pengangguran naik ke level tertinggi sejak 2021. Tarif impor ala Presiden Donald Trump juga meningkatkan biaya barang, memicu kenaikan inflasi.

Pada Agustus:

  • Pengangguran mencapai 4,3%, naik dari 3,4% pada Juli.
  • Data Challenger, Gray & Christmas mencatat 1,1 juta PHK sepanjang Januari–Oktober, naik 44% dari periode sama tahun lalu.
  • Studi Resume.org menyebut 4 dari 10 perusahaan melakukan PHK pada 2025, dan 60% berencana memangkas tenaga kerja lagi pada 2026.
  • Inflasi juga naik ke 3% pada September, dari 2,3% pada April sebelum tarif diberlakukan.

Situasi ini menyulitkan The Fed yang memiliki mandat ganda: menekan inflasi sekaligus menjaga lapangan kerja—dua tujuan yang sering bertolak belakang.

Baca Juga: Terungkap: Negara dengan Cadangan Emas Terbesar dan Apa Artinya bagi Ekonomi Dunia




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×