Sumber: Reuters | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Harga emas turun empat hari berturut-turut pada Selasa (18/11/2025), terbebani penguatan dolar AS dan meredanya prospek pemangkasan suku bunga AS.
Mengutip Reuters, harga emas spot turun 0,1% menjadi US$ 4.039,19 per ons troi, pada pukul 01.31 GMT. harga emas berjangka AS untuk pengiriman Desember turun 0,9% menjadi US$ 4.038,60 per ons troi.
"Dolar sedikit menguat hari ini dan juga sebagian spekulasi telah berkurang minggu lalu. Pasar emas akan terkonsolidasi untuk saat ini," kata analis Marex, Edward Meir.
Dolar bertahan stabil terhadap para pesaingnya setelah kenaikan tajam di sesi sebelumnya. Dolar yang lebih kuat membuat emas lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Baca Juga: Harga Emas Turun 4 Hari Selasa (18/11) Pagi: Dolar AS & Fed Bunga Picu Tekanan
Pekan lalu, anggota parlemen mencapai kesepakatan untuk mengakhiri apa yang telah menjadi penutupan pemerintah AS terlama yang pernah ada, di mana ketiadaan data ekonomi resmi turut meredam ekspektasi penurunan suku bunga lagi dari Federal Reserve pada bulan Desember.
Wakil Ketua Fed, Philip Jefferson, mengatakan pada hari Senin bahwa bank sentral AS perlu melanjutkan secara perlahan dengan penurunan suku bunga lebih lanjut, yang mengurangi ekspektasi penurunan suku bunga bulan depan.
Emas yang tidak memberikan imbal hasil cenderung berkinerja baik dalam lingkungan suku bunga rendah dan selama masa ketidakpastian ekonomi.
Fokus minggu ini akan tertuju pada rilis data AS, termasuk laporan penggajian non-pertanian bulan September pada hari Kamis, untuk mendapatkan petunjuk tentang kesehatan ekonomi terbesar di dunia tersebut.
Baca Juga: Emas Spot Naik ke US$4.091 Senin (17/11): Investor Nantikan Data Ekonomi AS Pekan Ini
"Ekspektasi The Fed akan memangkas suku bunga lagi bulan depan turun menjadi 42% semalam dari level tertinggi hampir 100% segera setelah keputusan bulan September. Hal ini telah membebani minat investor terhadap emas," kata ANZ dalam sebuah catatan.
"Meskipun demikian, faktor-faktor pendorong struktural, seperti ketidakpastian geopolitik, kekhawatiran tentang keberlanjutan utang AS, tren dedolarisasi, dan pembelian oleh bank sentral, diperkirakan akan mendukung permintaan investasi dalam jangka menengah dan panjang."












