Sumber: Reuters | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - LONDON. Harga emas naik ke level tertinggi dalam dua minggu pada Selasa (10/12), didorong oleh meningkatnya ketegangan di Timur Tengah dan ekspektasi pemangkasan suku bunga AS bulan ini. Fokus investor juga tertuju pada rilis data inflasi utama AS akhir minggu ini.
Mengutip Reuters, harga emas spot naik 0,7% menjadi US$ 2.678,21 per ons troi, pada pukul 12.26 GMT. Harga emas berjangka AS naik 0,6% menjadi US$ 2.700,80 per ons troi.
Analis riset senior FXTM Lukman Otunuga mengatakan, data laporan pekerjaan AS hari Jumat telah meningkatkan taruhan seputar pemangkasan suku bunga Fed pada bulan Desember, sementara ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan laporan bank sentral China yang melanjutkan pembelian emas setelah jeda enam bulan mendukung harga emas.
Baca Juga: Disokong Ekonomi China yang Pulih, Harga Logam Mulia Diproyeksi Positif Tahun Depan
Para pedagang sekarang melihat sekitar 86% kemungkinan pemangkasan suku bunga AS sebesar 25 basis poin minggu depan, menurut alat CME FedWatch, naik signifikan dari 73% minggu lalu.
Investor mengamati rilis Indeks Harga Konsumen (IHK) AS pada hari Rabu dan Indeks Harga Produsen (PPI) pada hari Kamis. Keduanya diharapkan memiliki pengaruh pada keputusan Fed.
"Para investor emas bisa menghadapi kendala jika laporan IHK AS yang lebih tinggi dari perkiraan mengurangi taruhan seputar pemangkasan suku bunga Fed setelah Desember 2024," tambah Otunuga.
Baca Juga: Harga Emas Spot Naik ke US$2.669,25 Selasa (10/12), China Janjikan Stimulus Baru
Sumber-sumber Suriah melaporkan pada hari Selasa bahwa pasukan Israel telah maju hingga 25 km barat daya Damaskus, melewati zona penyangga di Suriah selatan, dan melakukan serangan udara semalam terhadap target militer Suriah. Israel membantah telah melampaui zona penyangga.
Heraeus Precious Metals mengatakan emas dapat memperpanjang rekor kenaikannya hingga tahun 2025 karena pemangkasan suku bunga lebih lanjut dari bank-bank sentral utama dan prospek pelemahan dolar akan meningkatkan permintaan untuk aset safe haven.
Di tempat lain, Politbiro Beijing mengatakan bahwa China akan mengadopsi kebijakan moneter yang cukup longgar dan pendekatan fiskal yang lebih proaktif tahun depan untuk memacu pertumbuhan ekonomi.