Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Harga minyak mentah bergerak tipis pada perdagangan Kamis (18/9), setelah bank sentral Amerika Serikat (The Fed) memangkas suku bunga acuannya sesuai ekspektasi pasar.
Sinyal adanya pemangkasan lanjutan hingga akhir tahun memberi harapan terhadap peningkatan permintaan energi akibat biaya pinjaman yang lebih rendah.
Baca Juga: Harga Minyak Terkoreksi Kamis (18/9/2025) Pagi, Kelebihan Pasokan Membayangi Pasar
Melansir Reuters, Kontrak berjangka Brent terkoreksi tipis 8 sen atau 0,12% ke level US$67,87 per barel pada pukul 00.42 GMT.
Sementara West Texas Intermediate (WTI) turun 10 sen atau 0,16% menjadi US$63,95 per barel.
Sehari sebelumnya, The Fed memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin dan memberi sinyal akan melanjutkan penurunan bunga secara bertahap hingga akhir tahun.
Langkah ini diambil untuk mengantisipasi pelemahan pasar tenaga kerja.
Penurunan suku bunga biasanya mendorong peningkatan permintaan minyak.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Stabil, Pasar Menanti Keputusan Suku Bunga The Fed
Menurut Claudio Galimberti, Chief Economist sekaligus Global Director of Market Analysis Rystad Energy, keputusan The Fed ini menjadi sinyal bahwa risiko pengangguran lebih besar daripada inflasi.
“Bagi Brent, pemangkasan suku bunga kali ini ditambah dua pemangkasan lain yang diproyeksikan hingga akhir tahun akan menjadi faktor bullish, meski harus berhadapan dengan strategi OPEC+ yang meningkatkan pasokan,” jelas Galimberti dalam catatan kepada klien.
Dari sisi permintaan, data Energy Information Administration (EIA) menunjukkan stok minyak mentah AS turun tajam pekan lalu, seiring penurunan impor bersih ke rekor terendah dan lonjakan ekspor ke level tertinggi dalam hampir dua tahun.
Namun, stok distilat naik 4 juta barel, jauh di atas perkiraan pasar sebesar 1 juta barel.
Kenaikan ini memunculkan kekhawatiran atas lemahnya permintaan bahan bakar di konsumen minyak terbesar dunia tersebut, sehingga memberi tekanan pada harga.
Baca Juga: Harga Minyak Naik Rabu (17/9) Pagi, Investor Cermati Dampak Serangan ke Kilang Rusia
Secara global, permintaan minyak rata-rata mencapai 104,4 juta barel per hari (bph) hingga 17 September, naik 520.000 bph dibandingkan periode yang sama tahun lalu, menurut catatan JP Morgan.
Sejak awal tahun, permintaan naik 800.000 bph, sedikit di bawah proyeksi bank sebesar 830.000 bph.
“Meski volume penerbangan di AS dan China mulai melambat seiring berakhirnya musim liburan musim panas, aktivitas di Eropa, Timur Tengah, dan Amerika Latin masih terus meningkat,” tulis JP Morgan.