kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.594.000   17.000   1,08%
  • USD/IDR 16.382   17,00   0,10%
  • IDX 7.139   31,59   0,44%
  • KOMPAS100 1.055   2,87   0,27%
  • LQ45 830   2,36   0,29%
  • ISSI 213   0,60   0,28%
  • IDX30 428   1,65   0,39%
  • IDXHIDIV20 511   2,02   0,40%
  • IDX80 120   0,30   0,25%
  • IDXV30 124   0,14   0,11%
  • IDXQ30 141   0,76   0,55%

Harga Minyak Ditutup Melemah, WTI Kembali ke Bawah US$ 80 Per Barel


Jumat, 17 Januari 2025 / 05:17 WIB
Harga Minyak Ditutup Melemah, WTI Kembali ke Bawah US$ 80 Per Barel
ILUSTRASI. harga minyak mentah kompak melemah


Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - HOUSTON. Harga minyak ditutup melemah karena milisi Houthi Yaman diharapkan menghentikan serangan terhadap kapal-kapal di Laut Merah, dan investor mempertimbangkan data penjualan ritel AS yang kuat.

Kamis (16/1), Harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman Maret 2025 ditutup melemah 74 sen atau 0,9% ke US$ 81,29 per barel, setelah naik 2,6% pada sesi sebelumnya ke harga tertinggi sejak 26 Juli.

Setali tiga uang, Harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Februari 2025 ditutup turun US$ 1,36 atau 1,7% ke US$ 78,68 per barel, setelah naik 3,3% pada hari Rabu ke harga tertinggi sejak 19 Juli.

Harga minyak mentah AS turun lebih dari US$ 2 pada beberapa waktu selama sesi tersebut. 

Baca Juga: Harga Minyak Sedikit Turun Setelah Lonjakan akibat Penurunan Stok AS dan Sanksi Rusia

Pejabat keamanan maritim memperkirakan milisi Houthi akan mengumumkan penghentian serangannya terhadap kapal-kapal di Laut Merah, setelah kesepakatan gencatan senjata dalam perang di Gaza antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas.

Serangan tersebut telah mengganggu pengiriman global, memaksa perusahaan untuk melakukan perjalanan yang lebih jauh dan lebih mahal di sekitar Afrika selatan selama lebih dari setahun.

"Perkembangan Houthi dan gencatan senjata di Gaza membantu kawasan itu tetap tenang, mengurangi sebagian premi keamanan dari harga minyak," kata John Kilduff, mitra di Again Capital di New York.

"Ini semua tentang aliran minyak," tambah Kilduff. 

Namun, investor tetap berhati-hati, karena pemimpin Houthi mengatakan kelompoknya akan memantau penerapan kesepakatan gencatan senjata, dan melanjutkan serangannya terhadap kapal atau Israel jika kesepakatan itu dilanggar. 

Gencatan senjata di Jalur Gaza akan dimulai pada hari Minggu sesuai rencana, meskipun negosiator perlu menyelesaikan "masalah yang belum terselesaikan," kata Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken. 

Sebelumnya pada hari Kamis, Departemen Perdagangan AS melaporkan penjualan ritel AS meningkat pada bulan Desember karena rumah tangga membeli lebih banyak kendaraan bermotor dan berbagai barang lainnya, yang menunjukkan permintaan yang kuat dalam perekonomian.

Harga minyak mentah berjangka AS memperpanjang kerugian setelah investor menafsirkan data tersebut sebagai dukungan terhadap pendekatan hati-hati Federal Reserve untuk memangkas suku bunga tahun ini. 

Baca Juga: Wall Street Merosot: Dow, S&P 500 dan Nasdaq Ditutup Melemah Terseret Data Ekonomi AS

Namun harga kembali menguat setelah Gubernur Fed Christopher Waller mengatakan inflasi kemungkinan akan terus mereda dan mungkin memungkinkan bank sentral AS memangkas suku bunga lebih cepat dari yang diharapkan. 

"Komentar Waller benar-benar mengimbangi data ekonomi pagi ini, dalam hal membuatnya tampak seperti ada ruang bagi Fed untuk memangkas," kata Kilduff dari Again Capital.

Suku bunga yang lebih rendah dapat merangsang pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan permintaan minyak.

SANKSI BARU TERHADAP RUSIA 

Investor juga terus mempertimbangkan putaran sanksi terbaru pemerintahan Biden yang menargetkan pangkalan industri militer Rusia dan upaya penghindaran sanksi, setelah sebelumnya mengenakan sanksi yang lebih luas pada produsen minyak dan kapal tanker Rusia. 

Pelanggan utama Moskow kini menjelajahi dunia untuk mencari barel pengganti, sementara tarif pengiriman juga melonjak. 

Dengan Presiden terpilih AS Donald Trump yang dilantik untuk masa jabatan keduanya pada hari Senin, "pasar mendekati fase 'tunggu dan lihat' dan menunggu reaksi dari pemerintahan AS yang akan datang mengenai masalah" sanksi, kata Tamas Varga di pialang minyak PVM. 

Harga minyak yang lebih mahal dapat memicu bentrokan antara Trump dan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak, jika presiden AS yang baru terpilih itu mengikuti rencana sebelumnya.

Selama masa jabatan pertamanya, Trump menuntut kelompok produsen untuk mengendalikan harga setiap kali Brent naik ke sekitar US$ 80 per barel. 

OPEC dan sekutunya, yang secara kolektif dikenal sebagai OPEC+, telah membatasi produksi selama dua tahun terakhir dan cenderung berhati-hati dalam meningkatkan pasokan meskipun harga baru-baru ini naik, kata Rory Johnston, pendiri Commodity Context.

"Kelompok produsen telah mengalami begitu seringnya optimisme selama setahun terakhir sehingga cenderung bersikap hati-hati sebelum memulai proses pelonggaran pemangkasan," kata Johnston.

Selanjutnya: Harga Urea Rp 2.520/Kg, Cek Cara Beli Pupuk Subsidi dengan Skema Terbaru Tahun 2025

Menarik Dibaca: Lengkap! Berikut Ini Gift Code Ojol The Game 17 Januari 2025 Paling Update



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×