kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Harga Minyak Ditutup Menguat 2% Irak Dukung OPEC+ Pangkas Produksi Lagi


Sabtu, 11 November 2023 / 06:18 WIB
Harga Minyak Ditutup Menguat 2% Irak Dukung OPEC+ Pangkas Produksi Lagi
ILUSTRASI. kedua harga minyak acuan ditutup menguat hampir 2% di akhir pekan


Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak naik sekitar 2% pada akhir pekan ini karena Irak menyuarakan dukungan untuk pengurangan minyak OPEC+, jelang pertemuan dua minggu. Di sisi lain, beberapa spekulan menutup posisi short besar-besaran jelang ketidakpastian akhir pekan.

Jumat (10/11), harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman Januari 2024 ditutup naik 1,77% ke US$ 81,43 per barel.

Sejalan, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Desember 2023 ditutup menguat 1,89% ke US% 77,17 per barel

Walau harga menguat di akhir pekan, namun kedua harga minyak acuan tetap berada di zona negatif di pekan ini. Di mana, untuk pekan ini Brent turun 4% dan WTI melemah 4,1%.

Dengan koreksi di pekan ini, maka harga minyak mentah acuan sudah melemah untuk tiga minggu berturut-turut. Ini ada untuk pertama kalinya sejak Mei 2023, Brent dan WTI melemah dalam tiga pekan berturut-turut, meskipun kedua acuan tersebut secara teknis keluar dari wilayah oversold.

Baca Juga: Harga Minyak Turun Lebih dari 6% Sepekan, Pasar Kembali Menimbang Fundamental

"Ini adalah badai teknis yang sempurna. Kita memasuki minggu ini dengan posisi short yang hampir memecahkan rekor dan sekarang kita melihat beberapa short-covering memasuki akhir pekan," kata Phil Flynn, analis di Price Futures Group.

Flynn mencatat bahwa selain komentar Irak, Arab Saudi dan Rusia mengkonfirmasi minggu ini bahwa mereka akan melanjutkan pengurangan produksi minyak hingga akhir tahun.

Di Amerika Serikat (AS), perusahaan energi memangkas jumlah rig minyak yang beroperasi selama dua minggu berturut-turut ke level terendah sejak Januari 2022, kata perusahaan jasa energi Baker Hughes. Jumlah rig menunjukkan output di masa depan.

“Kekhawatiran terhadap permintaan telah menggantikan ketakutan akan terhentinya produksi terkait konflik Timur Tengah,” kata analis di Commerzbank.

Data ekonomi China yang lemah minggu ini meningkatkan kekhawatiran akan melemahnya permintaan. Pabrik penyulingan di China, pembeli minyak mentah terbesar dari Arab Saudi, eksportir terbesar dunia, meminta pengurangan pasokan untuk bulan Desember.

Sentimen konsumen AS turun selama empat bulan berturut-turut di bulan November dan ekspektasi rumah tangga terhadap inflasi kembali meningkat.

Presiden Federal Reserve San Francisco Mary Daly mengatakan, dia belum siap untuk mengatakan apakah The Fed sudah selesai menaikkan suku bunga, menggemakan komentar Ketua Fed Jerome Powell pada hari Kamis.

Suku bunga yang lebih tinggi dapat mengurangi permintaan minyak dengan memperlambat pertumbuhan ekonomi.

Di Inggris, perekonomian yang mengalami stagnasi gagal tumbuh pada periode Juli hingga September namun berhasil menghindari resesi, menurut Kantor Statistik Nasional Inggris.

Baca Juga: Wall Street Ditutup Melonjak, Didorong Saham Sektor Teknologi

Di sisi lain, OPEC+, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya termasuk Rusia, akan bertemu pada 26 November.

Kementerian Perminyakan Irak mengatakan, Baghdad berkomitmen terhadap perjanjian OPEC+ dalam menentukan tingkat produksi.

Kemungkinan Arab Saudi juga akan memperpanjang pengurangan produksinya hingga kuartal pertama tahun 2024 “pasti meningkat mengingat kekhawatiran pasar baru terhadap permintaan Tiongkok dan prospek makro yang lebih luas,” kata analis RBC Capital Markets, Helima Croft.

Analis di Capital Economics menambahkan, OPEC+ mungkin akan mengurangi pasokan lebih lanjut jika harga terus turun.

"Kami tetap berpegang pada perkiraan kami bahwa harga minyak Brent akan berakhir pada tahun ini dan tahun depan pada kisaran $85 per barel," kata perusahaan riset itu dalam catatannya.



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×