Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Harga minyak bergerak menuju kenaikan hampir 2% secara mingguan pada awal perdagangan Jumat (5/12/2025), didukung ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve, meningkatnya ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan Venezuela, serta mandeknya pembicaraan damai di Moskow.
Jika bertahan hingga penutupan pekan, ini akan menjadi kenaikan mingguan kedua berturut-turut.
Pada pembukaan pasar hari Jumat, harga bergerak tipis. Minyak Brent naik 6 sen, atau 0,09%, menjadi US$63,32 per barel pada pukul 01.04 GMT.
Baca Juga: Harga Emas Spot Stabil di US$4.203 Jumat (5/12) Pagi, Pasar Menanti Data PCE
Sementara harga minyak West Texas Intermediate (WTI) menguat 4 sen, atau 0.07%, menjadi US$59,71 per barel. Kedua kontrak sebelumnya ditutup naik sekitar 1% pada sesi perdagangan sebelumnya.
Dalam survei Reuters yang dilakukan 28 November–4 Desember, sebanyak 82% ekonom memperkirakan penurunan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada pertemuan kebijakan The Fed pekan depan.
Penurunan suku bunga umumnya mendorong pertumbuhan ekonomi dan permintaan minyak.
Pasar juga tetap waspada terhadap kemungkinan intervensi militer AS ke Venezuela setelah Presiden Donald Trump pekan lalu menyatakan bahwa AS akan segera mengambil tindakan untuk menghentikan aktivitas penyelundupan narkoba oleh kelompok bersenjata Venezuela.
Baca Juga: Nvidia versi China Moore Threads Siap Debut di Bursa Shanghai Usai IPO US$1,1 Miliar
Dalam catatan risetnya, Rystad Energy memperkirakan langkah tersebut dapat mengancam produksi minyak Venezuela sebesar 1,1 juta barel per hari, yang sebagian besar dikirim ke China.
Selain itu, harga turut mendapat dukungan dari mandeknya pembicaraan AS–Rusia di Moskow terkait perang di Ukraina.
Pembicaraan tersebut gagal menghasilkan terobosan berarti, termasuk potensi kesepakatan untuk mengembalikan minyak Rusia ke pasar global.
Meski demikian, kenaikan harga tertahan oleh tanda-tanda surplus pasokan. Arab Saudi memangkas harga jual resmi (OSP) Arab Light untuk pengiriman Januari ke Asia ke level terendah dalam lima tahun, menurut dokumen internal yang dikaji Reuters pada Kamis.













