Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - TOKYO. Harga minyak dunia turun pada Kamis (5/6) setelah stok bensin dan solar di Amerika Serikat meningkat dan keputusan Arab Saudi untuk menurunkan harga minyak yang dijual ke Asia pada bulan Juli. Ketidakpastian ekonomi global juga turut menekan harga minyak.
Harga minyak jenis Brent turun 0,27% menjadi US$ 64,72 dolar AS per barel pada pukul 05.00 GMT. Sementara itu, minyak mentah AS jenis West Texas Intermediate (WTI) turun 24 sen (0,4%) menjadi US$ 62,61 per barel.
Pada hari Rabu, harga minyak juga sudah turun sekitar 1% setelah laporan resmi menunjukkan persediaan bensin dan produk olahan minyak lainnya di AS meningkat lebih dari yang diperkirakan. Hal ini mengindikasikan permintaan energi di negara ekonomi terbesar dunia itu sedang melemah.
Baca Juga: Harga Minyak Terkoreksi Kamis (5/6) Pagi, di Tengah Potensi Kenaikan Pasokan OPEC+
Kondisi ini menambah tekanan, Arab Saudi sebagai negara pengekspor minyak terbesar di dunia memangkas harga jual minyak untuk Asia pada bulan Juli hingga mendekati level terendah dalam empat tahun terakhir.
"Walaupun penurunan harga dari Arab Saudi tidak sebesar yang diperkirakan, hal ini tetap menunjukkan permintaan yang lemah, padahal saat ini masuk ke musim permintaan puncak," kata analis dari ANZ dikutip Reuters.
Pemotongan harga ini dilakukan setelah OPEC+ mengumumkan akan meningkatkan produksi sebesar 411.000 barel per hari mulai Juli. Strategi ini disebut-sebut sebagai upaya Arab Saudi dan Rusia untuk menekan negara-negara anggota yang memproduksi lebih dari kuota serta merebut kembali pangsa pasar.
Selain itu, kekhawatiran terhadap ekonomi global juga meningkat setelah data menunjukkan sektor jasa di AS mengalami kontraksi untuk pertama kalinya dalam hampir satu tahun. Biaya bahan baku yang tinggi menunjukkan tekanan inflasi masih kuat, sementara pertumbuhan ekonomi melambat.
Di sisi perdagangan internasional, hubungan dagang antara AS dan China kembali memanas. Presiden AS, Donald Trump mengatakan Presiden China Xi Jinping adalah sosok yang “keras” dan “sulit untuk diajak membuat kesepakatan”, meskipun sebelumnya Gedung Putih sempat optimistis akan ada komunikasi antara kedua pemimpin minggu ini.
Sementara itu, Kanada menyiapkan langkah balasan terhadap kebijakan tarif logam AS, dan Uni Eropa melaporkan kemajuan dalam negosiasi dagang guna mengurangi dampak dari kebijakan baru AS tersebut.
"Ketidakpastian akibat perubahan sikap Presiden Trump terkait tarif memperbesar kekhawatiran akan perlambatan ekonomi global," kata analis Saxo Bank, Ole Hansen.
Baca Juga: Harga Minyak Anjlok di Tengah Hari Ini (4/6) karena Peningkatan Produksi OPEC+