Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - SYDNEY. Saham Asia melemah pada perdagangan Jumat (13/12) seiring penguatan dolar AS yang menekan sentimen pasar.
Sementara itu, imbal hasil obligasi pemerintah jangka panjang mencatatkan kenaikan mingguan terbesar dalam setahun, didorong surutnya ekspektasi penurunan suku bunga Federal Reserve pada 2025.
Komitmen otoritas Beijing untuk meningkatkan utang dan konsumsi gagal mendongkrak pasar ekuitas Tiongkok. Di sisi lain, ketegangan perdagangan dengan Amerika Serikat diperkirakan meningkat, terutama jika Donald Trump kembali berkuasa.
Baca Juga: Bursa Saham Global Merosot, Imbal Hasil Naik di Tengah Ekspektasi Suku Bunga Tinggi
Pasar Eropa diperkirakan memulai perdagangan dengan pelemahan, ditandai dengan penurunan kontrak berjangka EUROSTOXX 50 sebesar 0,3%. Di AS, kontrak berjangka Nasdaq menguat tipis 0,3%, setelah Wall Street sebelumnya ditutup melemah dari rekor tertingginya.
Kebijakan pemangkasan suku bunga oleh Swiss, Kanada, dan Bank Sentral Eropa pekan ini semakin memperkuat posisi dolar AS.
Mata uang negara berkembang mengalami tekanan, termasuk rupee India yang menyentuh level terendah empat bulan, memaksa bank sentralnya melakukan intervensi untuk menstabilkan nilai tukar.
Indeks MSCI untuk saham Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,6% pada perdagangan Jumat.
Baca Juga: MARKET GLOBAL - Saham Global Turun, Imbal Hasil Obligasi AS Naik
Nikkei Jepang melemah 1% namun masih mencatat kenaikan mingguan 0,9%. Saham unggulan Tiongkok dan Hang Seng Hong Kong masing-masing turun 1,2%, terdampak ketiadaan rincian langkah stimulus baru dari Konferensi Kerja Ekonomi Pusat. Subindeks perusahaan properti Tiongkok di Hong Kong anjlok hingga 3,3%.
Jian Chang, Kepala Ekonom China di Barclays, menilai pasar kecewa karena harapan pelonggaran kebijakan yang lebih agresif tidak terpenuhi.
"Kebijakan yang diambil kemungkinan bersifat bertahap dan reaktif, bukan pre-emptif," ujarnya.
Penguatan dolar sebesar 1% pekan ini terhadap berbagai mata uang dunia didukung oleh kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS.
Imbal hasil obligasi 10 tahun naik 17 basis poin, sementara obligasi 30 tahun melonjak 22 basis poin, mencatatkan kenaikan mingguan terbesar dalam lebih dari setahun.
Baca Juga: Market Global: Wall Street Lawan Kenaikan Global, Imbal Hasil Obligasi AS Naik
Futures pasar mencerminkan ekspektasi terbatas terhadap pemangkasan suku bunga The Fed pada Januari mendatang.
Proyeksi penurunan suku bunga lebih lanjut hingga akhir 2025 diperkirakan mencapai 3,8%. Sebaliknya, suku bunga di Eropa dan Kanada diproyeksikan menurun secara moderat.
Dolar juga mencatat penguatan signifikan terhadap yen Jepang sebesar 1,8% pekan ini. Bank of Japan diperkirakan mempertahankan suku bunga tetap stabil dalam pertemuan mendatang.
Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) berada di level US$ 70,07 per barel, mencatat kenaikan 4% sepanjang minggu. Harga emas naik 2,1% menjadi US$ 2.688,13 per ons, meski masih jauh dari rekor tertinggi di US$ 2.790.
Baca Juga: Harga Emas Spot Naik ke US$2.662,50 Selasa (15/10), Imbal Hasil Obligasi Turun
Penurunan saham Asia dan penguatan dolar mencerminkan meningkatnya ketidakpastian di pasar global, memicu kehati-hatian investor dalam menghadapi dinamika ekonomi yang terus berkembang.