Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Pundi-pundi pemerintah Saudi semakin menipis akibat anjloknya harga minyak dan dampak dari langkah-langkah untuk menghentikan penyebaran virus corona baru, termasuk pemberlakuan jam malam dan menutup sebagian besar tempat publik di seluruh kerajaan.
Untuk menstabilkan pasar minyak, Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya yang dipimpin oleh Rusia, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC +, sepakat untuk memangkas produksi pada bulan Mei dan Juni sebesar 9,7 juta barel per hari (bpd), atau sekitar 10% pasokan global.
Baca Juga: Raja Salman dan Putra Mahkota mengasingkan diri, Arab Saudi siaga tinggi corona
Tetapi kenaikan harga minyak mentah bisa terbatas bahkan setelah pemotongan rekor itu. "Kami percaya bahwa pengurangan OPEC + yang diusulkan 9,7 juta barel per hari untuk Mei dan Juni tidak akan cukup untuk menghadapi penurunan tajam dalam permintaan global yang disebabkan oleh pandemi," jelas Monica Malik, kepala ekonom di Abu Dhabi Commercial Bank, mengatakan dalam sebuah catatan penelitian.
Dia menambahkan, "Kami memperkirakan bahwa sektor minyak Arab Saudi akan berkontraksi sekitar 6,1% pada 2020."
Baca Juga: Arab Saudi-Rusia sepakat pangkas produksi minyak besar-besaran, ini penjelasannya
Goldman Sachs mengatakan pihaknya memperkirakan harga minyak akan terus turun dalam beberapa minggu mendatang.
Mengencangkan sabuk
Anggaran Arab Saudi 2020 memproyeksikan pendapatan minyak 513 miliar riyal (US$ 136,47 miliar). Riyadh tidak mengungkapkan harga minyak yang menjadi dasar anggarannya, akan tetapi beberapa analis memperkirakan harganya US$ 55 per barel.
Bank Arab Saudi Al Rajhi Capital mengatakan pendapatan minyak Arab Saudi 2020 akan menjadi 342 miliar riyal mengingat tingkat produksi minyak yang baru disetujui dan asumsi harga minyak mentah rata-rata US$ 40.