Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Harga minyak melonjak lebih dari 1% pada hari ini setelah laporan Israel sedang mempersiapkan serangan terhadap fasilitas nuklir Iran. Hal ini meningkatkan kekhawatiran bahwa konflik dapat mengganggu ketersediaan pasokan di wilayah penghasil utama Timur Tengah.
Rabu (21/5) pukul 11.30 WIB, harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk kontrak pengiriman Juli 2025 naik 97 sen atau 1,5% menjadi US$ 66,35 per barel.
Harga minyak mentah berjangka jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Juli 2025 naik 96 sen, atau 1,6% ke US$ 62,99 per barel. Kontrak WTI bulan Juni berakhir pada hari Selasa (220/5) di harga US$ 62,56 per barel.
Informasi intelijen terbaru yang diperoleh Amerika Serikat (AS) menunjukkan bahwa Israel tengah bersiap untuk menyerang fasilitas nuklir Iran, CNN melaporkan pada hari Selasa, mengutip beberapa pejabat AS yang mengetahui masalah tersebut.
Baca Juga: Harga Minyak Turun Tipis di Tengah Ketidakpastian Geopolitik
Tidak jelas apakah para pemimpin Israel telah membuat keputusan akhir, CNN menambahkan, mengutip para pejabat.
"Eskalasi seperti itu tidak hanya akan membahayakan pasokan Iran, tetapi juga di sebagian besar wilayah yang lebih luas," kata ahli strategi komoditas ING pada hari Rabu.
Iran adalah produsen terbesar ketiga di antara anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan serangan Israel dapat mengganggu aliran dari negara tersebut.
Ada juga kekhawatiran Iran dapat membalas dengan memblokir aliran kapal tanker minyak melalui titik sempit Selat Hormuz di Teluk, yang dilalui Arab Saudi, Kuwait, Irak, dan Uni Emirat Arab untuk mengekspor minyak mentah dan bahan bakar.
AS dan Iran telah mengadakan beberapa putaran pembicaraan tahun ini mengenai program nuklir Iran, dengan Presiden AS Donald Trump menghidupkan kembali kampanye sanksi yang lebih kuat terhadap ekspor minyak mentah Iran untuk memaksa mereka melepaskan aspirasi nuklir mereka.
Meskipun ada diskusi, pejabat AS dan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei memberikan komentar pada hari Selasa yang menunjukkan kedua belah pihak masih jauh dari penyelesaian.
"Ada pembicaraan nuklir tidak langsung antara AS dan Iran, yang, jika berhasil, dapat memberikan pasar keuntungan lebih lanjut. Namun, pembicaraan ini tampaknya kehabisan tenaga," kata analis ING.
Baca Juga: Harga Emas Menguat ke US$ 3.300 di Pagi Ini (21/5), Level Tertinggi dalam Sepekan
Namun, ada beberapa tanda-tanda peningkatan pasokan minyak mentah. Stok minyak mentah AS naik minggu lalu sementara persediaan bensin dan sulingan turun, kata sumber pasar, mengutip angka-angka American Petroleum Institute pada hari Selasa.
Stok minyak mentah di AS, konsumen minyak terbesar di dunia, naik sebesar 2,5 juta barel dalam minggu yang berakhir pada 16 Mei, kata sumber tersebut dengan syarat anonim.
Investor menantikan data stok minyak pemerintah AS dari Badan Informasi Energi pada hari Rabu nanti.
Selain itu, produksi minyak Kazakhstan telah meningkat sebesar 2% pada bulan Mei, menurut sumber industri pada hari Selasa, peningkatan yang menentang tekanan dari OPEC+ terhadap negara tersebut untuk mengurangi produksinya.