Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - LONDON. Harga minyak mentah berbalik melemah setelah dibuka menguat pada hari ini. Pelemahan minyak terjadi di tengah ketidakpastian mengenai ketegangan perdagangan antara AS dan China, serta Badan Energi Internasional (IEA) menyebut fundamental minyak bakal lebih lemah.
Selasa (14/10/2025) pukul 15.45 WIB, harga minyak mentah Brent berjangka untuk kontrak pengiriman Desember 2025 anjlok US$ 1,01 atau 1,6% menjadi US$ 62,31 per barel.
Sejalan, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman November 2025 juga ambles 1,6% atau 95 sen menjadi US$ 58,54 per barel.
Kedua kontrak tersebut mendekati level terendah dalam lima bulan.
Pada sesi sebelumnya, Brent ditutup menguat 0,9%, dan WTI AS ditutup naik 1%.
Baca Juga: Balik Arah, Harga Minyak Melemah Akibat Ketegangan Dagang AS-China yang Meresahkan
"Masih menilai ... potensi konsekuensi dari proses perdamaian Timur Tengah, serangan yang sedang berlangsung terhadap instalasi minyak Ukraina dan Rusia, dan kemungkinan memicu kembali perang dagang antara dua raksasa ekonomi dunia," ujar analis PVM Oil, Tamas Varga.
Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, mengatakan pada hari Senin bahwa Presiden Donald Trump tetap berkomitmen untuk bertemu dengan Presiden China, Xi Jinping, di Korea Selatan bulan ini, karena kedua negara berupaya meredakan ketegangan terkait ancaman tarif dan pengendalian ekspor.
Namun, perkembangan pekan lalu, seperti perluasan kontrol ekspor logam tanah jarang oleh Beijing dan ancaman tarif 100% serta pembatasan ekspor perangkat lunak oleh Trump mulai 1 November, telah membebani sentimen.
Pada hari Selasa, Beijing juga mengumumkan sanksi terhadap lima anak perusahaan pembuat kapal Korea Selatan, Hanwha Ocean, yang terkait dengan AS.
Sementara itu, AS dan China akan mulai mengenakan biaya pelabuhan tambahan kepada perusahaan pelayaran laut yang mengangkut berbagai barang, mulai dari mainan liburan hingga minyak mentah.
Sementara itu, IEA dalam laporan bulanannya pada hari Selasa menaikkan proyeksi pertumbuhan pasokan minyak global tahun ini menyusul keputusan kelompok OPEC+ untuk meningkatkan produksi, dan juga menurunkan proyeksi pertumbuhan permintaannya, dengan alasan kondisi ekonomi yang lebih menantang.
Baca Juga: Harga Minyak Naik Seiring Redanya Ketegangan Perdagangan AS-China
Dalam laporan bulanannya pada hari Senin, OPEC+ mengatakan bahwa kekurangan pasokan pasar minyak akan menyusut pada tahun 2026, seiring aliansi OPEC+ yang lebih luas melanjutkan peningkatan produksi yang direncanakan.
Selisih harga minyak berjangka Brent 6 bulan diperdagangkan pada premi terkecil sejak awal Mei, sementara selisih harga WTI berada pada titik tersempitnya sejak Januari 2024.
Penyempitan backwardation, istilah pasar untuk pengiriman langsung yang mendapatkan premi lebih tinggi daripada pengiriman selanjutnya, menunjukkan bahwa investor menghasilkan lebih sedikit keuntungan dengan menjual minyak mereka di pasar spot karena pasokan jangka pendek dianggap melimpah.