Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Harga minyak mentah kembali menguat di awal perdagangan dan berada di jalur kenaikan mingguan lebih dari 1%, karena ketegangan di wilayah penghasil minyak terbesar dunia, Timur Tengah, dan dimulainya kembali perundingan gencatan senjata di Gaza dalam beberapa hari mendatang membuat para pedagang waspada.
Jumat (25/10) pukul 08.15 WIB, harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman Desember 2024 naik 45 sen atau 0,6% menjadi US$ 74,83 per barel.
Sementara, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Desember 2024 naik43 sen atau 0,6% ke US$ 70,62 per barel.
"Kami tetap berpandangan bahwa harga minyak mentah yang tepat saat ini adalah sekitar US$ 70, karena kami menunggu pendorong harga baru, termasuk hasil pertemuan Komite Tetap NPC China serta tanggapan Israel terhadap serangan rudal Iran pada 1 Oktober," kata analis pasar IG Tony Sycamore dalam sebuah catatan, mengacu pada harga WTI.
Baca Juga: Harga Minyak Ditutup Turun Terseret Peluang Perundingan Gencatan Senjata Timur Tengah
Kedua patokan tersebut ditutup turun 58 sen per barel pada sesi sebelumnya setelah harga berfluktuasi terhadap ekspektasi peningkatan atau penurunan ketegangan di Timur Tengah.
Pedagang minyak sedang menunggu tanggapan Israel terhadap serangan rudal Iran pada 1 Oktober yang mungkin melibatkan serangan terhadap infrastruktur minyak Teheran dan mengganggu pasokan, meskipun laporan mengatakan Israel akan menyerang target militer Iran, bukan target nuklir atau minyak.
Pejabat AS dan Israel akan memulai kembali pembicaraan untuk gencatan senjata dan pembebasan sandera di Gaza dalam beberapa hari mendatang. Upaya sebelumnya untuk mencapai kesepakatan telah gagal.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan pada hari Kamis bahwa Amerika Serikat tidak menginginkan kampanye Israel yang berlarut-larut di Lebanon, sementara Prancis telah menyerukan gencatan senjata dan fokus pada diplomasi.
Pembicaraan gencatan senjata memiliki dampak negatif bersih yang kecil pada harga minyak, kata Sycamore, seraya menambahkan fokusnya lebih pada konflik di Lebanon dan potensi tanggapan Israel terhadap Iran.
Investor juga mengamati lebih banyak kejelasan tentang kebijakan stimulus Beijing, meskipun analis tidak memperkirakan tindakan tersebut akan memberikan dorongan besar pada permintaan minyak dari Tiongkok, konsumen No. 2 dunia.