kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Harga minyak super murah, China akan gunakan momen untuk tambah cadangan darurat


Rabu, 11 Maret 2020 / 06:28 WIB
Harga minyak super murah, China akan gunakan momen untuk tambah cadangan darurat
ILUSTRASI. Ilustrasi yuan China. REUTERS/Thomas White


Sumber: South China Morning Post,Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - BEIJING. Seorang peneliti energi pemerintah China mengatakan, China harus menggunakan momen jatuhnya harga minyak mentah untuk menambah cadangan darurat nasional yang kritis. 

Menurut Wang Yongzhong, terlepas dari situasi pasar minyak saat ini, China tidak akan mengekang upayanya untuk mengamankan pasokan minyak yang stabil dan andal, termasuk terus meningkatkan produksi dalam negeri. Pasalnya, keamanan energi tetap menjadi salah satu prioritas kebijakan ekonomi utama pemerintah di era perang perdagangan.

“Baik reli (harga minyak) maupun penurunan tidak baik untuk Tiongkok. Pemerintah China lebih memperhatikan keamanan energi, yaitu, bagaimana menemukan berbagai sumber pasokan yang stabil,” kata Wang, yang mengepalai penelitian energi global di Akademi Ilmu Sosial Tiongkok, sebuah lembaga think tank utama pemerintah yang berbasis di Beijing.

Baca Juga: Rebound 8%, ini dua faktor utama pendorong kenaikan harga minyak dunia

Dia menambahkan, China mungkin membeli minyak tambahan dengan harga lebih murah untuk persediaan strategisnya, tetapi pembelian itu mungkin terbatas.

“Ini peluang bagus. Cadangan China jauh di bawah jumlah penggunaan 90 hari, standar di Amerika Serikat. Cadangan ini memiliki ruang untuk meningkat,” tambah Wang.

“(Namun) Anda mungkin tidak dapat membeli jumlah yang lebih besar dengan harga saat ini, bahkan jika Anda ingin membeli lebih banyak. Itu akan tergantung pada biaya dan kondisi pasar.”

Baca Juga: April, Saudi Aramco bakal kerek produksi minyak hingga 12,3 juta barel

Melansir South China Morning Post, Tiongkok mengimpor lebih dari 70% dari kebutuhan minyak mentahnya pada 2019, di mana pembelian asing naik ke rekor 506 juta metrik ton, setara dengan 10,1 juta barel per hari. Ini menandai tahun ke 17 secara berturut-turut bahwa impor minyak China telah meningkat. Dari jumlah itu, lebih dari sepertiga pasokan datang dari Timur Tengah.

Mengutip Reuters, pada hari Jumat, Arab Saudi, yang nota bene merupakan pemasok utama Tiongkok, meluncurkan perang harga dengan Rusia, pemasok terbesar kedua China. Perang harga terjadi setelah kedua negara gagal menyepakati pengurangan produksi minyak untuk menyokong harga minyak yang tertekan akibat wabah virus corona. 

Data Reuters menunjukkan, harga minyak mentah Brent, patokan utama internasional, turun hampir 30% menjadi US$ 31 per barel pada hari Senin sebelum akhirnya rebound menjadi US$ 37 per barel pada hari Selasa.

"Dibandingkan dengan biaya jarak jauh pengiriman minyak mentah dari Timur Tengah, pasokan melalui pipa dari Rusia dianggap aman," menurut Wang.

Namun demikian, karena Rusia tidak dapat mendekati untuk memasok semua kebutuhan impor energi China, Beijing berhati-hati untuk tidak terlihat berpihak pada perselisihan.

Baca Juga: Pelaku industri petrokimia terus pantau perkembangan harga minyak mentah

Pola pikir keamanan dimasukkan dalam rasio swasembada untuk berbagai bahan baku dan komponen industri lainnya yang digunakan di berbagai sektor China dan ditulis ke dalam rencana pengembangan industri nasional.

"Ini berarti bahwa, meskipun biaya eksplorasi dan produksi minyak dalam negeri tinggi, dukungan pemerintah akan terus berlanjut sebagai bagian dari upaya untuk memastikan pasokan yang cukup," kata Wang kepada South China Morning Post.

Baca Juga: China mulai pulih, harga komoditas logam industri meroket

Beijing telah berusaha keras untuk mendiversifikasi sumber pasokan bahan baku di seluruh dunia. Sebut saja mulai dari Sudan yang dilanda perang di Afrika, hingga ke Venezuela yang bergejolak secara politik di Amerika Selatan. Itu tetap dilakukan terlepas dari kritik Barat bahwa upayanya sama dengan yang disebut neokolonialisme, atau menggunakan ekonomi, tekanan politik, budaya, atau lainnya untuk mempengaruhi negara lain.

Wang menilai, pembelian minyak Amerika oleh China akan terus berlanjut, di mana Tiongkok telah setuju untuk membeli setidaknya US$ 200 miliar lebih banyak barang dan jasa Amerika daripada di tahun 2017, termasuk energi senilai US$ 52 miliar.

Baca Juga: Ini alasan utama di balik langkah Arab Saudi deklarasikan perang harga minyak

Asal tahu saja, impor dari AS naik 2,5% menjadi US$ 17,59 miliar pada Januari dan Februari meskipun berjangkitnya virus, dibandingkan dengan penurunan 4% dari keseluruhan impor selama periode yang sama.

Minyak mentah dari AS, hanya menyumbang sebagian kecil dari impor energi China, dengan pasar China-AS diperkirakan sekitar US$ 10-US$ 20 miliar.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×