Sumber: Cointelegraph | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Industri penambangan Bitcoin kembali menghadapi tekanan berat seiring meningkatnya kompetisi jaringan dan melemahnya pendapatan.
Melansir Cointelegraph Selasa (25/11/2025), laporan terbaru The Miner Mag menunjukkan bahwa margin para penambang kian menipis, bahkan ketika saham-saham perusahaan tambang justru melonjak setelah adanya upgrade rekomendasi analis.
Pada Oktober, hashrate jaringan Bitcoin ukuran total daya komputasi yang bersaing untuk mengamankan jaringan menembus rekor 1,16 ZH/s. Namun, momentum tersebut tidak diiringi dengan penguatan harga Bitcoin.
Baca Juga: China Kirim Pesan Keras ke Jepang: “Kami Siap Perang”
Memasuki November, harga BTC turun menuju level US$81.000 dari kisaran US$110.000 pada kuartal sebelumnya.
Sebagai informasi, mengacu data Coinmarketcap pukul 11.55 WIB, harga Bitcoin terpantu dikisaran US$88.398 atau naik 1,92% dalam 24 jam terakhir.
Kontrasnya tren ini membuat hashprice, indikator pendapatan penambang per unit daya komputasi jatuh di bawah US$35 per hash.
Angka itu lebih rendah dari median hashprice publik sebesar US$45/PH/s yang dilaporkan perusahaan tambang yang tercatat di bursa, sehingga sejumlah operator kini mendekati titik impas.
Laporan tersebut juga mencatat bahwa periode balik modal (payback period) untuk rig penambangan melampaui 1.200 hari, sementara biaya pendanaan terus naik.
Kondisi ini memperburuk tekanan setelah kuartal III yang relatif stabil, ketika hashprice rata-rata masih di sekitar US$55/PH/s.
Di tengah tekanan profitabilitas, penambang juga semakin agresif mencari pinjaman, termasuk lewat penerbitan obligasi konversi dengan kupon mendekati nol pada kuartal lalu.
Meskipun banyak perusahaan mulai melakukan diversifikasi ke layanan AI dan high-power computing (HPC), kontribusi pendapatan dari lini tersebut dinilai masih terlalu kecil untuk mengompensasi penurunan tajam pendapatan dari mining Bitcoin.
Baca Juga: Emas Tembus Level Tertinggi Sepekan Selasa (25/11), Ekspektasi Suku Bunga The Fed
Saham Penambang Melonjak Berkat Upgrade JPMorgan
Menariknya, ketatnya ekonomi penambangan tidak menghalangi reli saham para penambang besar.
Sepuluh perusahaan tambang Bitcoin yang terdaftar di bursa kompak menguat dalam 24 jam terakhir.
CleanSpark, Cipher Mining, dan IREN bahkan mencatat kenaikan dua digit pada perdagangan Senin.
Sentimen positif tersebut dipicu catatan riset JPMorgan yang menaikkan target harga untuk ketiganya, dengan alasan adanya lonjakan kesepakatan jangka panjang di segmen HPC dan cloud.
JPMorgan menilai valuasi Cipher kini lebih menarik setelah sahamnya koreksi sekitar 45% dari puncaknya, dan melihat perusahaan tersebut berada dalam posisi kuat untuk menandatangani kontrak tambahan dengan penyewa HPC.
Baca Juga: Taiwan, China, dan Sejarah Pasca Perang Dunia II: Kronologi Singkat
IREN juga mencuri perhatian setelah meneken perjanjian layanan cloud GPU senilai US$9,7 miliar selama lima tahun dengan Microsoft pada November, memberi raksasa teknologi itu akses ke Nvidia GB300 di pusat data IREN.
Meski demikian, bank tersebut menurunkan proyeksi untuk Marathon Digital dan Riot, dengan alasan tekanan harga Bitcoin serta peningkatan jumlah saham beredar yang membuat nilai inventaris koin mereka tergerus.
Rally harga saham para penambang turut bertepatan dengan rebound ringan harga Bitcoin, yang naik sekitar 2% dalam 24 jam terakhir dan diperdagangkan mendekati US$89.000 berdasarkan data CoinGecko.













