Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - PARIS. Raksasa barang mewah Prancis, LVMH, kehilangan posisinya sebagai perusahaan mewah terbesar di Eropa berdasarkan kapitalisasi pasar pada Selasa (15/4) setelah saingannya, Hermès, mengambil alih posisi tersebut. Hal ini terjadi menyusul laporan pendapatan kuartal pertama LVMH yang mengecewakan dan memicu pesimisme investor terhadap sektor barang mewah.
LVMH yang menaungi merek-merek ternama seperti Louis Vuitton, Dior, perhiasan Tiffany & Co., dan jaringan kecantikan Sephora, melaporkan penjualan kuartal pertama yang meleset dari ekspektasi. Penurunan pembelian produk kecantikan dan cognac oleh konsumen AS serta lemahnya penjualan di China menjadi penyebab utama kinerja buruk tersebut.
Saham LVMH anjlok 7%, sehingga kapitalisasi pasarnya turun menjadi € 246 miliar. Sementara itu, Hermès dengan kapitalisasi pasar 247 miliar euro, berhasil merebut posisi puncak.
Baca Juga: Bernard Arnault Berpeluang Pimpin LVMH hingga Usia 85 Tahun
"Meskipun valuasi pasar dapat berfluktuasi, pergerakan pasar pada Selasa mencerminkan perbedaan kinerja dan sentimen investor terhadap kedua perusahaan tersebut," menurut Jelena Sokolova, analis ekuitas senior di Morningstar.
Sokolova menyoroti bahwa LVMH lebih banyak terpapar pada segmen mewah tingkat menengah, sementara basis pelanggan Hermès yang lebih kaya memungkinkan perusahaan itu bertahan lebih baik di tengah pelemahan industri.
Hermès, yang dikenal dengan tas tangan ikonik Birkin dan Kelly yang dihargai hingga US$ 10.000, mempertahankan kontrol ketat terhadap produksinya dengan hanya menaikkan produksi sekitar 6%-7% per tahun.
Flavio Cereda, manajer strategi investasi merek mewah di GAM, menyebutkan bahwa perubahan posisi ini mencerminkan dinamika baru pasca pandemi COVID-19. Menurut dia, meskipun LVMH sempat unggul selama lonjakan belanja pasca pandemi, fokus mereka yang lebih besar pada produk mewah kelas menengah kini menjadi titik lemah di tengah perlambatan industri.
Selain LVMH yang merosot 7,2%, saham-saham di sektor mewah lainnya juga mengalami penurunan, termasuk Kering, pemilik Gucci yang turun 2%, Hermès turun 0,3%, Richemont (pemilik Cartier) turun 0,7%, dan Prada turun 4,2%.
Baca Juga: Kim Jones Tinggalkan Dior Homme Setelah 7 Tahun, LVMH Belum Umumkan Pengganti
Penurunan penjualan LVMH sebesar 3% di kuartal pertama jauh di bawah ekspektasi analis yang memproyeksikan pertumbuhan 2% memperkuat kekhawatiran bahwa 2025 bisa menjadi tahun yang sulit bagi sektor barang mewah. Kekhawatiran itu diperparah oleh pengumuman tarif baru oleh mantan Presiden AS Donald Trump, yang memicu ketakutan akan resesi global.
Analis RBC, Piral Dadhania, menyebut hasil ini sebagai sinyal kondisi perdagangan akan semakin sulit bagi sektor mewah secara umum. Ia pun menurunkan proyeksi pertumbuhan penjualan organik LVMH dari 3% menjadi stagnan.
Investor sebelumnya berharap sektor mewah dapat bangkit tahun ini, namun ketegangan dagang yang meningkat telah menurunkan ekspektasi. Perbaikan yang sempat terlihat di akhir 2024 kini dinilai sebagai anomali, setelah divisi utama LVMH yaitu produk fashion dan barang kulit seperti Louis Vuitton dan Dior kembali mencatat penurunan penjualan sebesar 5%, menurut Deutsche Bank.
Saham-saham perusahaan mewah telah menurun sejak akhir Maret, dengan LVMH, Kering, dan Burberry masing-masing turun sekitar 14%, Richemont turun 13%, dan Hermès turun 5%.
Analis Bernstein baru-baru ini juga merevisi proyeksi penjualan sektor ini menjadi penurunan sebesar 2% sepanjang tahun 2025, dibandingkan prediksi sebelumnya yang memperkirakan pertumbuhan 5%. Jika terjadi, ini akan menjadi penurunan terpanjang industri mewah dalam lebih dari dua dekade terakhir.
Baca Juga: Akuisisi Klub Paris FC, Keluarga Arnault dari LVMH Temui Masalah Soal Stadion