Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Polisi Hong Kong menangkap para pimpinan sebuah perusahaan konstruksi pada Kamis (27/11/2025) atas dugaan pembunuhan tidak berencana (manslaughter) terkait kebakaran terbesar di kota itu dalam hampir 80 tahun.
Insiden tersebut menewaskan sedikitnya 83 orang, sementara puluhan lainnya masih dinyatakan hilang.
Hingga dini hari Jumat, petugas pemadam kebakaran berhasil mengendalikan api yang telah berkobar lebih dari 24 jam, melalap kompleks perumahan Wang Fuk Court di distrik Tai Po, Hong Kong bagian utara.
Baca Juga: Harga Minyak Naik Tipis Kamis (27/11), di Tengah Volume Sepi saat Libur Thanksgiving
Kompleks tersebut sedang dalam proses renovasi dan diselimuti perancah bambu serta jaring hijau.
Deputy Director of Fire Services, Derek Armstrong Chan, mengatakan sebagian besar korban ditemukan di dua blok bertingkat tinggi dari delapan menara dalam kompleks tersebut.
Ia menyebut beberapa penghuni berhasil ditemukan dalam kondisi hidup, namun tidak memberikan rincian lebih lanjut. South China Morning Post melaporkan satu korban selamat ditemukan di tangga darurat.
Petugas penyelamat menghadapi panas ekstrem, asap tebal, serta runtuhan perancah saat berupaya menjangkau penghuni yang terjebak di lantai atas.
"Kami perkirakan api dapat dipadamkan sepenuhnya malam ini," kata Chan.
“Kami akan terus menyemprot air untuk menurunkan suhu.”
Sementara itu, banyak keluarga masih mencari anggota keluarga mereka.
Seorang perempuan membawa foto kelulusan putrinya sambil mencari anaknya di pusat penampungan.
“Anak saya dan ayahnya masih belum keluar,” kata Ng, 52 tahun, sambil menangis.
Baca Juga: Emas Terkoreksi dari Level Tertinggi 2 Pekan Kamis (17/11), Pantau Peluang Rate Cut
Penangkapan Terkait Dugaan Kelalaian
Polisi menahan dua direktur dan seorang konsultan teknik dari Prestige Construction, perusahaan yang mengerjakan renovasi kompleks tersebut.
Mereka dituduh menggunakan material tidak aman yang memperparah penyebaran api.
“Kami memiliki alasan kuat bahwa pihak yang bertanggung jawab telah menunjukkan kelalaian serius sehingga menyebabkan kebakaran menyebar tak terkendali dan memicu banyak korban,” ujar Police Superintendent Eileen Chung. Pihak Prestige belum memberikan komentar.
Dokumen tender, daftar karyawan, 14 komputer, dan tiga ponsel disita dari kantor perusahaan tersebut.
Baca Juga: Italia Setujui Akuisisi JD.com atas Peritel Elektronik Ceconomy dengan Syarat
Kebakaran Terparah Sejak 1948
Korban tewas tercatat mencapai 83 orang hingga tengah malam, menjadikannya kebakaran paling mematikan di Hong Kong sejak 1948 saat 176 orang tewas dalam kebakaran gudang.
Pemerintah menyebut ada 279 orang yang masih hilang, meski angka tersebut belum diperbarui selama 24 jam terakhir.
Paus Leo mengirim telegram belasungkawa untuk korban, sementara Pemimpin Hong Kong John Lee mengumumkan pembentukan dana bantuan HK$300 juta (US$39 juta).
Sejumlah perusahaan besar termasuk Xiaomi, Xpeng, Geely, serta yayasan milik Jack Ma dan Tencent mengumumkan donasi untuk membantu korban.
Pada malam kedua setelah insiden, puluhan warga mengungsi di pusat perbelanjaan terdekat.
Banyak yang memilih bermalam di luar pusat evakuasi agar tempat tersebut dapat digunakan warga yang lebih membutuhkan.
Baca Juga: Anta Sports dan Li Ning Pertimbangkan Tawaran Akuisisi Puma
Kompleks Padat Penghuni dan Permasalahan Keselamatan
Kompleks Wang Fuk Court terdiri dari delapan menara dengan total 2.000 unit yang dihuni oleh lebih dari 4.600 orang.
Kawasan Tai Po merupakan wilayah suburban yang telah berkembang sejak lama dan menjadi rumah bagi sekitar 300.000 penduduk.
Polisi juga menemukan material busa yang menutup jendela di salah satu bangunan yang tidak terdampak, dipasang sebagai bagian dari pekerjaan pemeliharaan.
Pemerintah Hong Kong sedang membahas untuk mengganti perancah bambu dengan perancah metal demi meningkatkan keselamatan.
Presiden China Xi Jinping menyerukan upaya maksimal untuk memadamkan api dan meminimalkan korban, menurut CCTV.
Pemerintah Hong Kong dan Beijing bergerak cepat menunjukkan perhatian mereka, di tengah kekhawatiran bahwa tragedi ini dapat memicu ketidakpuasan publik.
Sebuah aplikasi daring menampilkan laporan warga yang hilang, termasuk daftar unit per lantai.
Beberapa entri menunjukkan catatan seperti “ibu mertua usia 70-an hilang” hingga “27th floor, room 1: he is dead”. Reuters belum dapat memverifikasi informasi tersebut.













