kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Hubungan dengan China mendidih, Perdana Menteri India Modi dalam tekanan


Rabu, 17 Juni 2020 / 17:19 WIB
Hubungan dengan China mendidih, Perdana Menteri India Modi dalam tekanan
ILUSTRASI. Indian Prime Minister Narendra Modi arrives to address his supporters after the election results at Bharatiya Janata Party (BJP) headquarter in New Delhi, India, May 23, 2019. REUTERS/Adnan Abidi TPX IMAGES OF THE DAY


Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - NEW DELHI/BEIJING. Hubungan India dan China kembali mendidih setelah sedikitnya 20 tentara India yang bentrok dengan tentara China di perbatasan dilaporkan tewas. India pada hari Rabu (17/6) tengah  menunggu respons dari Perdana Menteri Narendra Modi untuk merespons kondisi tersebut.

Mengutip Reuters, Modi, dalam sebuah pesan Twitter, menyerukan pertemuan semua pihak pada hari Jumat untuk membahas situasi, tetapi tidak membuat komentar lain tentang konfrontasi antara tetangga yang bersenjata nuklir.

Sementara itu, China mengatakan tidak ingin melihat bentrokan lagi di perbatasan dengan India setelah kekerasan yang terjadi pada hari Senin.

Baca Juga: China tidak ingin ada bentrokan lagi di wilayah perbatasan dengan India

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian, mengatakan bahwa China tidak dapat disalahkan atas bentrokan itu dan mengatakan situasi keseluruhan di perbatasan stabil dan dapat dikendalikan.

Menurut para pejabat India tidak ada tembakan dalam insinden berdarah itu, tetapi tentara dipukul dengan pentungan dan batu selama pertikaian yang meletus antara kedua pihak di Lembah Galwan yang terpencil, tinggi di pegunungan di mana wilayah Ladakh di India berbatasan dengan Aksai Chin di China di sebelah timur.

Kementerian luar negeri India mengatakan telah ada korban jiwa di kedua belah pihak, tetapi China sejauh ini belum mengungkapkan korban.

Modi, yang naik ke tampuk kekuasaan dengan platform nasionalis, bertemu dengan para menteri pertahanan dan luar negerinya serta para kepala militer Selasa malam, tetapi dia belum berbicara di depan umum mengenai bentrokan terburuk antara kedua negara sejak 1967, lima tahun setelah China mempermalukan India dalam perang tersebut.

Baca Juga: Bursa India langsung terkoreksi karena ketegangan perbatasan dengan China

Modi terpilih untuk masa jabatan lima tahun kedua pada Mei 2019 setelah kampanye yang berfokus pada keamanan nasional setelah meningkatkan ketegangan dengan musuh lama Pakistan, di perbatasan barat India.

"Sarung tangan mati, dengan bentrokan lembah Galwan, China mendorong terlalu keras," tulis Times of India dalam editorial. "India harus mendorong balik," tulis media tersebut.

"Beijing tidak dapat membunuh tentara kami di perbatasan dan berharap mendapat manfaat dari pasar besar kami," lanjutnya, mendukung sanksi terhadap impor China.

Baca Juga: Makin memanas, India kirim kapal perang dan pesawat tempur ke perbatasan China

Menghadapi apa yang bisa menjadi tantangan kebijakan luar negeri terbesarnya sejak berkuasa pada tahun 2014, Modi menahan diri untuk tidak mengomentari secara terbuka tentang insiden tersebut ketika tuntutan untuk aksi balasan meningkat selama sehari terakhir.

"Mengapa PM diam, mengapa dia bersembunyi," tweet Rahul Gandhi, pemimpin partai oposisi oposisi. “Sudah cukup, Kita perlu tahu apa yang terjadi. Berani-beraninya China membunuh prajurit kita, beraninya mereka merebut tanah kita,” tulisnya.

Ratusan tentara India dan China saling berhadapan sejak awal Mei di tiga atau empat lokasi di gurun dataran tinggi tak berpenghuni di Ladakh.

India mengatakan pasukan China telah menyusup ke dalam garis Kontrol Aktual atau perbatasan de facto.

China menolak tuduhan itu dan meminta India untuk tidak membangun jalan di daerah itu, karena China mengklaimnya sebagai wilayahnya.


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×