kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Hubungan Korsel-Korut memburuk, Menteri Unifikasi Korsel mengundurkan diri


Rabu, 17 Juni 2020 / 19:29 WIB
Hubungan Korsel-Korut memburuk, Menteri Unifikasi Korsel mengundurkan diri
ILUSTRASI. Pertemuan Presiden Korsel Moon Jae-in dan pemimpin Korut Kim Jong Un di Pyongyang, 18 September 2018 silam


Sumber: CNN | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - SEOUL. Menteri Unifikasi Korea Selatan (Korsel) Kim Yeon-chul mengajukan pengunduran diri pada Rabu (17/6), setelah hubungan Korea Selatan-Korea Utara (Korut) memburuk dengan cepat.

CNN melaporkan, Kim Yeon-chul mundur hanya sehari setelah Korea Utara merobohkan sebuah bangunan yang digunakan Seoul dan Pyongyang untuk berdialog. Presiden Korea Selatan Moon Jae-in belum secara resmi menerima pengunduran diri Kim.

Kim mengatakan kepada wartawan, dia mengambil "semua tanggung jawab memburuknya hubungan Korea Selatan dengan Korea Utara. Dia merasa menyesal karena tidak mampu memenuhi banyak permintaan dan harapan rakyat Korea akan perdamaian dan kemakmuran di Semenanjung Korea.

Baca Juga: Kian panas, Korea Utara ancam batalkan perjanjian damai di perbatasan dengan Korsel

Kementerian Unifikasi adalah badan pemerintah Korea Selatan yang mengelola hubungan dengan Korea Utara. Kim bergabung dengan kementerian pada April 2020 lalu dan ditugaskan memulai pembicaraan antar-Korea, yang terhenti dalam beberapa bulan setelah tiga pertemuan puncak antar-Korea pada 2018.

Korea Utara selama berbulan-bulan menyuarakan ketidaksenangannya karena diplomasi dengan Korea Selatan dan Amerika Serikat belum menghasilkan pencabutan sanksi yang melumpuhkan ekonomi Korea Utara.

Belakangan, Korea Utara meradang sekelompok pembelot Korea Utara mengirim selebaran anti-Korea Utara ke perbatasan.
 
Pyongyang menuduh Seoul melanggar kesepakatan yang dibuat Kim Jong Un dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in, dan tidak menanggapi secara memadai setelah sekelompok pembelot Korea Utara mengirim selebaran anti-Korea Utara ke perbatasan bersama mereka.

Selama pertemuan puncak pertama pada bulan April 2018, sebagai bagian dari upaya mereka untuk membangun "era baru perdamaian," Moon dan Kim Jong Un sepakat untuk menghentikan semua tindakan bermusuhan dan menghilangkan sarana termasuk menyiarkan melalui pengeras suara dan distribusi selebaran di perbatasan.

Adalah ilegal bagi kebanyakan orang Korea Utara untuk mengonsumsi informasi yang tidak disetujui oleh mesin propaganda kuat negara itu, dan hal itu dapat membawa konsekuensi yang mengerikan.

Baca Juga: Korea Utara vs Korea Selatan: Korea Utara akan kirim pasukan ke zona demiliterisasi

Kim Yo Jong, saudara perempuan Kim Jong Un dan salah satu pejabat politik Korea Utara mengatakan, selebaran itu menghina saudaranya, yang merupakan kejahatan di Korea Utara.

"Mereka berani memfitnah martabat kepemimpinan tertinggi kita, Ketua kita yang kita anggap paling suci sebagai inti pusat, dan mengejek semua orang kita pada saat yang sama," katanya dalam sebuah pernyataan yang dirilis media pemerintah Korea Utara, Rabu (17/6).

Korea Utara juga menayangkan rekaman di televisi yang dikelola pemerintah yang menunjukkan kantor penghubung duo Korea hancur berkeping-keping. Fasad bangunan terdekat juga rusak oleh ledakan itu.

Baca Juga: Hadapi ancaman Korut, Jepang malah batalkan rencana penggunaan sistem rudal buatan AS

Para ahli mengatakan, kemungkinan Korea Utara menggunakan masalah selebaran untuk membuat krisis demi mendapatkan pengaruh dalam negosiasi di masa depan, permainan yang telah digunakan sebelumnya dalam pembicaraan diplomatik.

Yoon Do-han, juru bicara Presiden Moon, mengatakan, Korea Selatan mendesak Korea Utara untuk kembali ke meja perundingan.

"Ini adalah pelanggaran kepercayaan mendasar yang dibangun antara para pemimpin kedua Korea, dan kami memperingatkan Utara bahwa kata-kata dan tindakan tidak rasional seperti itu tidak akan lagi ditoleransi. Kami terutama berharap Korea Utara menjaga sopan santun dasar di masa depan," katanya.

Baca Juga: Ketegangan meningkat, Amerika kirim pesawat pengintai pantau Korea Utara



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×