kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Hubungan memanas, penjualan mobil Jepang di Korea Selatan anjlok


Senin, 05 Agustus 2019 / 20:00 WIB
Hubungan memanas, penjualan mobil Jepang di Korea Selatan anjlok


Reporter: Ferrika Sari | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - SEOUL. Hubungan bilateral antara Jepang dan Korea Selatan kian memanas. Hal ini menyebabkan Korea Selatan membatasi impor mobil merek Jepang sejak Juli 2019 lalu.

Akibatnya penjualan kendaraan Jepang merosot. Mengutip data industri Korea Selatan, sampai Juli 2019, penjualan Toyota Motor turun hingga 32%, sedangkan Honda merosot 34%.

Baca Juga: Mata uang China anjlok ke level terendah dalam satu dekade, siap perang mata uang?

Produsen mobil menilai faktor utama penurunan karena penjualan mobil bulan lalu lesu. Data Asosiasi Pemasok dan Distributor Mobil Korea (KAIDA) menunjukkan bahwa penjualan mobil Lexus, yang merupakan merek impor terbesar ketiga di Korea Selatan setelah Mercedes dan BMW juga mengalami penurunan penjualan sebanyak 25% dari bulan sebelumnya meski masih naik 33% dari tahun sebelumnya.

Tapi pelaku industri otomotif memperkirakan aksi boikot produk Jepang yang intensif akan mengurangi permintaan mobil ke depan seiring peningkatan ketegangan antara kedua negara.

“Kunjungan ke showroom menurun sementara konsumen juga menunda penandatanganan kontrak,” kata seorang pejabat Honda, dilansir dari Reuters, Selasa (5/8).

Baca Juga: Makin panas, BUMN China diminta untuk menangguhkan impor pertanian dari AS

Perwakilan Korea Selatan untuk Honda dan Toyota tidak mau berkomentar tentang tren maupun penurunan penjualan tersebut. Namun pengamat industri menilai sentimen publik menjadi penyebab merosotnya penjualan mobil Jepang.

“Publik Korea Selatan marah dengan Jepang. Maka itu menjadi sesuatu yang tabu apabila mengendarai mobil asal Jepang di Korea,” terang Profesor Teknik Otomotif di Universitas Daelim Kim Pil-Soo.

Juli lalu Jepang memperketat ekspor ke Korea Selatan. Alasannya Korea Selatan mencampur adukan urusan kerja sama dagangan dengan isu warga Korea yang dipaksa bekerja sebagai buruh oleh Jepang pada perang dunia kedua.

Baca Juga: Aksi mogok menolak UU ekstradisi makin menekan perekonomian Hongkong

Jepang kemudian mencabut Korea selatan dari daftar negara yang punya status perdagangan khusus. Dan dibalas dengan aksi pemboikotan produk dan layanan asal Jepang mulai dari penjualan mobil, bir, alat tulis hingga perjalanan wisata.

Berbagai perselisihan ini membuat saham Korea Selatan turun 2,6% atau level terendah selama tiga tahun terakhir. Perekonomian Asia memburuk bukan hanya karena perang dagang China-Amerika meningkat tetapi juga dibebani ketidakpastian atas sengketa diplomatik antara Seoul dan Tokyo.

Sebelumnya pada Senin (4/8), pemerintah Korea Selatan berencana untuk investasi sekitar 7,8 triliun won atau setara US$ 6,48 miliar di bidang penelitian dan pengembangan bahan-bahan lokal, suku cadang dan peralatan selama tujuh tahun ke depan untuk membantu mengurangi ketergantungan pada impor Jepang.

Baca Juga: Coocaa perkuat pasar Smart TV di Indonesia

Korea Selatan ingin bebas dari impor Jepang dengan memproduksi 100 komponen utama, bahan dan peralatan yang digunakan untuk membuat chips, display, baterai, mobil, dan produk lainnya.

Hal ini bertujuan untuk menstabilkan pasokan barang-barang dalam negeri ini selama lima tahun ke depan.




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×